Sunday, March 1, 2015

Sajak-sajak Humam S Chudori

Belajar pada Ikan di Laut

Belajar pada ikan di laut,
pasti tak terpengaruh lingkungan
sebusuk apa pun pergaulan 
sebab ikan tak pernah asin
kendati hidup di air asin

Belajar pada ikan di laut
nan tak patah semangat
berjuang di alam bebas
bertahan hidup dalam ganasnya
alam bebas, hidup pasti optimistis

belajar pada ikan di laut
tangguh, tak pernah malas
berenang ke sana-kemari
mencari makan yang disediakan
Yang Maha Pemberi

belajar pada ikan di laut
tahu diri tak cari rezeki
di luar habitat
tidak ekspansi ke sungai
sebab ikan di laut memahami
meski di air tawar ada rezeki
pun di air payau ada rezeki
ikan di laut tak pernah kemari

kenapa tak belajar pada ikan di laut
padahal usia sudah di ujung maut.



Perempuan Pembunuh Sahabat
        - eFHa

Entah apa warna perasaannya
tikam teman lewat rayuan gombal
hujamkan kata-kata berdarah
kalimat-kalimat bernanah
tatapan mata berapi

di balik kerudung nan indah
senyumnya tebarkan serakah
catatan sejarah coba diubah
lewat rekayasa yang digubah

gara-gara ulah itu perempuan
warna-warni aroma kematian
dijajakan. lewat puisi
pembunuhan massal terjadi
nurani kawanku nyaris mati 

       12 Feberuaruari 2012 / 2015



Berguru pada Sufi

Hidup itu indah
jika sering diguyur gelisah

hidup itu bahagia
jika pernah diterpa derita

hidup itu nikmat
jika tanpa perbuatan maksiat

belajarlah pada yang kenyang
dengan kelaparan
bergurulah pada kaum sufi
yang sudah mati
tapi masih berjalan di atas bumi
agar hidup lebih berarti.

   

Setelah Kita Berpisah
-bagi SK

Rindu aku ingin menyuapimu
seperti ibu menyusui anak
tapi waktu telah memisahkan kita
kau di sana, entah di mana
sedang aku masih di sini
menunggu wangi, aroma surgawi
dari yang sangat kucintai

kenapa Tuhan tak ajarkan lebih awal   
makna cinta hakiki nan kekal
bukan sekadar cinta monyet
bukan pula cinta insani
yang dibalut nafsu hewani
sekadar pemuas ego pribadi

hidup dalam kungkungan rindu
dendam kepada sang kekasih
terima amanah tanpa disuka
adalah hal yang menyakitkan jiwa
tapi harus dijalani dengan penuh rela

setelah kita berpisah
baru kupaham makna cinta sejati
baru kungerti arti rindu hakiki
baru kusadari takdir yang tak kita miliki
ibarat air yang mengalir
atau merembes ke dalam bumi


--------------
Humam S Chudori, lahir 12 Desember 1958 di Pekalongan. Tahun 1982 melanjutkan ke Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Jakarta. Mengambil jurusan Jurnalistik. Ia menulis puisi, cerpen, dan novel. Buku puisinya: Perjalanan Seribu Air Mata.


Lampung Post, Minggu, 1 Maret 2015

No comments:

Post a Comment