Menjelang Subuh Itu
- Ustad Jefri al-Buchori
terakhir dia tersujud mencium akar
terhadir dia kembali kepada sumber
tidak lagi dari sumur dia bersuci
tetapi menapaki pelangi dia mendaki
pada akhirnya
di akar kelapa itu
kembali ke dalam tanah
berumah di dalam tanah
sampai mengerti arti lemah
justru dia melangkahi tangga-
tangga dunia dengan gagah
menuju khotbah sejatinya
Jumat, 26 April 2013
Bertandang Ke Kali Bening
Banyumas lama
Aku terkagum dengan tanah yang meninggi
Tempat bersemayam Pendeta Dorna
Tetapi justru itu Syekh ar-Rumi bersemedi
Sehingga batu-batu mengucurkan mata air cinta
Mengalirlah menjadi Kali Bening
Betapa bahwa orang-orang yang suka bertapa itu
Terkesima menyaksikanmu tanpa ragu
Bertapa pula di pertapaan Sang Dorna yang
Manusia datang manusia mati
Tetapi bagi Batu Kiblatmu semua arah berserah
Manusia datang manusia mati
Hanyalah menjawab tanya gelisah
Sujudkanlah di Batu Pasujudan itu
Seperti Sunan Giri dan Sunan Kalijaga yang
Juga mendoakanmu setelah sujud-sujudmu yang lalu
Seperti orang-orang yang meniru lelaku, sayang
Tidak sampai kepada arti apalagi makna cinta
Belum lagi aku merasai kehadiran
Tersengat hidungku oleh bauan dupa
Terkaget aku oleh doa-doa yang bercampur Jawa
Dan ketika kuturuti tangga-tangga
Ada cahaya api seperti dilemparkan dari udara
Dan aku tahu ada senjata bermata dua
Satu memberi terang kemana kiblat berhikmat doa
Satunya semoga tidak menjadi senjata makan tuan!
Amin.
Purwokerto, 17 Oktober 2011
Seorang Anak Terlahir dari Rahim Doa
seorang anak terlahir dari rahim doa
matanya satu pejam yang lain membuka
tanpa tangis ketika terbuka mata dunia
lidah kelu sepertinya tidak akan menjadi kata
seorang anak terlahir dari rahim doa
kakeknya menggosok lidahnya dengan
cincin mantra, di setiap adzan menggema
disentuhlah kedua matanya, disalaminya
marhaban bi habibiy
wa qurati 'ainiy
Muhammadan ‘abduhuu
wa rasuluhu
maka, perlahan-lahan dunia membuka
lahan-lahan yang semula tidak sedia kata
pelan-pelan tumbuhlah bahasa
menjadi puisi tanah-tanah mendaki hingga
rumah cahaya
apalah yang dicongkak dengan dagu mendongak
bila bahasa dan pandang mata menegak
semata-mata karena dinafasi oleh doa
sehingga di dalam mimpi dia terbang tinggi, dunia
bisa dipandang ke mana arah
hendak dikepakkan sayap-sayap yang
turun naiknya ketinggian sampai berserah
jarak mampu dilipat hanya dengan, Hyang
di dalam hati ada energi yang
tidak henti-henti memompa menjadi gema
menjadi sampai, kepada tanah kehidupan yang
nyata lebih baik dari hari kemarin
amiin
Yogyakarta, 26 juni 2013
------------
Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
Lampung Post, Minggu, 21 Juli 2013
- Ustad Jefri al-Buchori
terakhir dia tersujud mencium akar
terhadir dia kembali kepada sumber
tidak lagi dari sumur dia bersuci
tetapi menapaki pelangi dia mendaki
pada akhirnya
di akar kelapa itu
kembali ke dalam tanah
berumah di dalam tanah
sampai mengerti arti lemah
justru dia melangkahi tangga-
tangga dunia dengan gagah
menuju khotbah sejatinya
Jumat, 26 April 2013
Bertandang Ke Kali Bening
Banyumas lama
Aku terkagum dengan tanah yang meninggi
Tempat bersemayam Pendeta Dorna
Tetapi justru itu Syekh ar-Rumi bersemedi
Sehingga batu-batu mengucurkan mata air cinta
Mengalirlah menjadi Kali Bening
Betapa bahwa orang-orang yang suka bertapa itu
Terkesima menyaksikanmu tanpa ragu
Bertapa pula di pertapaan Sang Dorna yang
Manusia datang manusia mati
Tetapi bagi Batu Kiblatmu semua arah berserah
Manusia datang manusia mati
Hanyalah menjawab tanya gelisah
Sujudkanlah di Batu Pasujudan itu
Seperti Sunan Giri dan Sunan Kalijaga yang
Juga mendoakanmu setelah sujud-sujudmu yang lalu
Seperti orang-orang yang meniru lelaku, sayang
Tidak sampai kepada arti apalagi makna cinta
Belum lagi aku merasai kehadiran
Tersengat hidungku oleh bauan dupa
Terkaget aku oleh doa-doa yang bercampur Jawa
Dan ketika kuturuti tangga-tangga
Ada cahaya api seperti dilemparkan dari udara
Dan aku tahu ada senjata bermata dua
Satu memberi terang kemana kiblat berhikmat doa
Satunya semoga tidak menjadi senjata makan tuan!
Amin.
Purwokerto, 17 Oktober 2011
Seorang Anak Terlahir dari Rahim Doa
seorang anak terlahir dari rahim doa
matanya satu pejam yang lain membuka
tanpa tangis ketika terbuka mata dunia
lidah kelu sepertinya tidak akan menjadi kata
seorang anak terlahir dari rahim doa
kakeknya menggosok lidahnya dengan
cincin mantra, di setiap adzan menggema
disentuhlah kedua matanya, disalaminya
marhaban bi habibiy
wa qurati 'ainiy
Muhammadan ‘abduhuu
wa rasuluhu
maka, perlahan-lahan dunia membuka
lahan-lahan yang semula tidak sedia kata
pelan-pelan tumbuhlah bahasa
menjadi puisi tanah-tanah mendaki hingga
rumah cahaya
apalah yang dicongkak dengan dagu mendongak
bila bahasa dan pandang mata menegak
semata-mata karena dinafasi oleh doa
sehingga di dalam mimpi dia terbang tinggi, dunia
bisa dipandang ke mana arah
hendak dikepakkan sayap-sayap yang
turun naiknya ketinggian sampai berserah
jarak mampu dilipat hanya dengan, Hyang
di dalam hati ada energi yang
tidak henti-henti memompa menjadi gema
menjadi sampai, kepada tanah kehidupan yang
nyata lebih baik dari hari kemarin
amiin
Yogyakarta, 26 juni 2013
------------
Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
Lampung Post, Minggu, 21 Juli 2013
No comments:
Post a Comment