Sunday, July 21, 2013

Sajak-sajak Abdul Wachid B.S.

Menjelang Subuh Itu
- Ustad Jefri al-Buchori


terakhir dia tersujud mencium akar
terhadir dia kembali kepada sumber
tidak lagi dari sumur dia bersuci
tetapi menapaki pelangi dia mendaki

pada akhirnya
di akar kelapa itu
kembali ke dalam tanah
berumah di dalam tanah

sampai mengerti arti lemah
justru dia melangkahi tangga-
tangga dunia dengan gagah
menuju khotbah sejatinya

Jumat, 26 April 2013


Bertandang Ke Kali Bening
     Banyumas lama
Aku terkagum dengan tanah yang meninggi
Tempat bersemayam Pendeta Dorna
Tetapi justru itu Syekh ar-Rumi bersemedi
Sehingga batu-batu mengucurkan mata air cinta

Mengalirlah menjadi Kali Bening
Betapa bahwa orang-orang yang suka bertapa itu
Terkesima menyaksikanmu tanpa ragu
Bertapa pula di pertapaan Sang Dorna yang

Manusia datang manusia mati
Tetapi bagi Batu Kiblatmu semua arah berserah
Manusia datang manusia mati
Hanyalah menjawab tanya gelisah

Sujudkanlah di Batu Pasujudan itu
Seperti Sunan Giri dan Sunan Kalijaga yang
Juga mendoakanmu setelah sujud-sujudmu yang lalu
Seperti orang-orang yang meniru lelaku, sayang

Tidak sampai kepada arti apalagi makna cinta
Belum lagi aku merasai kehadiran
Tersengat hidungku oleh bauan dupa
Terkaget aku oleh doa-doa yang bercampur Jawa

Dan ketika kuturuti tangga-tangga
Ada cahaya api seperti dilemparkan dari udara
Dan aku tahu ada senjata bermata dua
Satu memberi terang kemana kiblat berhikmat doa

Satunya semoga tidak menjadi senjata makan tuan!
Amin.

Purwokerto, 17 Oktober 2011



Seorang Anak Terlahir dari Rahim Doa
seorang anak terlahir dari rahim doa
matanya satu pejam yang lain membuka
tanpa tangis ketika terbuka mata dunia
lidah kelu sepertinya tidak akan menjadi kata

seorang anak terlahir dari rahim doa
kakeknya menggosok lidahnya dengan
cincin mantra, di setiap adzan menggema
disentuhlah kedua matanya, disalaminya

marhaban bi habibiy
wa qurati 'ainiy
Muhammadan ‘abduhuu
wa rasuluhu

maka, perlahan-lahan dunia membuka
lahan-lahan yang semula tidak sedia kata
pelan-pelan tumbuhlah bahasa
menjadi puisi tanah-tanah mendaki hingga

rumah cahaya

apalah yang dicongkak dengan dagu mendongak
bila bahasa dan pandang mata menegak
semata-mata karena dinafasi oleh doa
sehingga di dalam mimpi dia terbang tinggi, dunia

bisa dipandang ke mana arah
hendak dikepakkan sayap-sayap yang
turun naiknya ketinggian sampai berserah
jarak mampu dilipat hanya dengan, Hyang

di dalam hati ada energi yang
tidak henti-henti memompa menjadi gema
menjadi sampai, kepada tanah kehidupan yang
nyata lebih baik dari hari kemarin

amiin

Yogyakarta, 26 juni 2013


------------
Abdul Wachid B.S., lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.


Lampung Post, Minggu, 21 Juli 2013

No comments:

Post a Comment