Sunday, November 30, 2014

Sajak-sajak Muhamad Arfani Budiman

Ritme Hujan

di luar ada yang bergetar
merobek daun jendela
lagu hujan menjadi nada minor
bunga-bunga kuncup di hisap kumbang
lalu dengan basah doa kau menggil
di balik cermin menyiasati luka
bersemayam dalam bunyi jarum jam
bergeming sebagai isyarat rindu
pecah di rahim waktu

2014


Ketukan Hujan

bulir-bulir gerimis
jatuh di raut bumi
sebagai isyarat rindu
deras sebagai hujan
di sudut matamu
yang di asah kantuk
kelebat angin membelai wajahmu
meniupkan ruh kesunyian
menuju langit temaram

2013


Perempuan Hujan
:Jasmine Azizah

jika senja luruh
saat azan menggema
menuntun langkah kaki kita
merangkai sebongkah mimpi
kau sebagai perempuan hujan
membasahi bumi dengan getar
kerinduan pada sekujur batu
dalam tempurung waktu
wajahmu menari bersama luka angin
menaburi air kata-kata menuju napas puisi

2014


Sebelum Magrib

langit senja dalam kuku waktu
menembus celah kerinduan
yang tebersit di alis matamu
sebelum magrib raib
ada yang gaib di tengah perjalan
seseorang dengan tangan terbuka
meleburkan doa-doa dalam pigura kesunyian

2013


Kepada Hujan

kelebat angin mencumbu
musim-musim yang di ramalkan
dalam ketukan sunyi wajahmu
menebas jarak melipat luruh daun-daun
kepada hujan aku titipkan ruap cinta
bergemuruh menuju debar jantungmu
rekah sebagi kuncup-kuncup bunga

2013


Kelana Luka

dengan langkah gontai
kau merestui musim
dengan garis tangan yang kusut
melayarkan doa pada laut
kesedihan selalu bergaram
bersemayam dalam bahasa ombak
sebagai angin menyusuri lekuk tubuhmu
memahami perjalanan dengan alpa
kelana luka mengerat di jantung pujangga

2014


-----------
Muhamad Arfani Budiman, bergiat di ASAS UPI. Buku puisinya: Pengakuan Bulan (2013).


Lampung Post, Minggu, 30 November 2014

Sunday, November 16, 2014

Sajak-sajak Robi Akbar

memupuk sunyi

sekarang apa lagi yang kamu inginkan?

cinta yang hampir tak dapat kita pertahankan
meluruhkan malam yang kesepian
di antara rinai gerimis
yang membasahi percakapan demi percakapan kita
tentang keikhlasan
dan nasib yang selalu gagal
kita ramalkan
selalu berbalik antara bayangan
dan kenyataan
cinta kita lebih serupa bunga raflesia
indahnya hanya sepasang mata kita
yang saling berpandang-pandangan
selebihnya
hanya kecemasan di hati
di dalamnya kita memupuk sunyi

bi’2014


pintu


aku menyelam
di kedalaman lautanmu
jiwaku sendiri
bersunyi
bersama terumbu karang ikan
dan cumi-cumi
sebab dataran-
hidup terlalu semerawut
seperti benang yang kusut
nasib sial
dan masa depan sulit diramal
kudaki relung gunung-gunungmu
puncak kesadaran
yang telah berkali-kali melemparkanku
ke tengah jurang
sebab lembah selalu pasrah
menampung sembah
zikir dan ziarah
sampai kematian
menjadi pintu
menjadi jalan menuju rumahmu

bi’2007-2013-2014



berjalanlah di sampingku

jangan takut
aku akan menjagamu dari segala kemungkinan
berjalanlah di sampingku
biarkan saja
segala cuaca
mencari celah untuk meluka
jangan hiraukan
meski malam
mendadak kelam
bulan dan bintang-bintang terbenam
aku akan menjagamu
menuntun ayunan langkahmu
sampai ke tuju

bi’2014


telah sampaikah kita 1

di setiap simpang
selalu
kudengar degub kecemasan di dadamu
begitu kencang
seperti burung-burung yang berlepasan
tapi di setiap kepakkannya
hanya
bayang-bayang dan berjuta kenang
menghantu dalam benakmu

bi’2014


sajak pesanan

apa yang kamu tunggu?

secarik sajakku akan menusuk kenangan
dan bayangan
di hati dan benakmu
seperti onak
bagi percintaan kita yang tak pernah direstui jarak
di sini
di kotaku
selalu kusisipkan sisa kenangan
pada sepotong bulan
yang pernah menjadi saksi cinta kita
apakah di kotamu
jalanjalan dan pasir pantai itu
masih menyimpan buram bayanganku?
entahlah
selalu ada celah
dari pikiran
dan sisa kenangan tentang kita
untuk merasuki luka
di pangkal perih hati
sekarang
sebelum kabut berangsur surut
ke arah pagi yang penuh kemelut
biar kuhadapi berjuta kalut
hingga malam kembali menjemput

bi’2014


----------
Robi Akbar, lahir 3 Oktober 1978 di Bandar Lampung. Mulai menulis sejak 1998 ketika masih bergabung dengan Teater Satu Lampung. Karya pernah dimuat di koran dan beberapa antologi bersama.


Lampung Post, Minggu, 16 Nevember 2014