Sunday, January 12, 2014

Sajak-Sajak Hendra Z.

Perempuan Bernoda
tuhan
luka sesal ini akan terus menyala
mengikuti langkah
menghias mata
meronce lidah atas dustanya ucap
dalam satu kesaksian
tuhan
luka sesal ini semakin besar menyala
waktu merambah kejadian
pengakuan memaksa bibir enggan bicara
tentang esok
tentang cinta
tentang resminya arti pernikahan
tentang kasihmu
tuhan
aku begitu hina
meniti ke rumah-Mu

September 2011



Harapan

mari kita beri umpan kail ini, diajeng
sebelum mengusik ketenangan air
yang menyimpan rahasia tonggak atau
batu-batu hitam berkilat
di mana ikan-ikan kecil bermain
mari kita angkat kail ini, diajeng
dari permukaan air yang bergerak
menjadikan tonggak
atau batu-batu hitam berkilat.
warna daun yang terlepas dari ranting
mari kita letakkan kail ini, diajeng
pada tempat di mana air tak mampu menjamah
dengan keangkuhan tonggak atau
batu-batu hitam berkilat
yang menjadikan daun bersanding
sampai di muara waktu
kesaksial esok.

September 2013


Di Atas Pusara

usai sudah kutabur bunga tujuh rupa ini
dan berbaris doa pengampunan
yang kau ajarkan dulu
dalam titah kasih
menjelang malam
usai sudah kutabur bunga tujuh rupa ini
dan berbaris doa pengampunan
sebelum aku pergi
meninggalkan tanah kelahiran ini
meniti hari esok
dengan harapmu
pertiwi
aku ronce segala duka
aku genggam tifa dunia
aku berbagi
aku kembali
di sini!
kutabur bunga tujuh rupa
kuucap doa pengampunan
sebagai pertanda
hidupku
satu
dalam langkah
yang tertunda

Januari 2013



Di Balik Kayuh Sampan yang Kedua

dukaku laut
merentang ombak ketika angin tak bersahabat
menyapa nelayan-nelayan di pesisir
merajut jaring dengan tangis lapar bocah
hari ke hari
doaku laut
membawa ombak ketika angin diam bersahabat
waktu nelayan-nelayan di pesisir
menebar jaring dengan harap kasih mata bocah
hari ke hari
aku melihat
aku merasa
aku doa
di balik kayuh sampan yang kedua

Desember 2012


-----------
Hendra Z., nama kedua dari Zulkifli, guru SMAN 3 Bandar Lampung. Buku puisinya: Pencarian (1987). Sajak-sajak lainnya dimuat dalam antologi bersama: Memetik Puisi dari Udara (1987), Parade Penyair Lampung (1986), Pendopo Sebuah Episode (1982), Cetik (1999), dan Leksikon Seniman Lampung (2004).  


Lampung Post, Minggu, 12 Januari 2014





No comments:

Post a Comment