Sunday, March 15, 2015

Sajak-Sajak Abd. Rahman M.

Dongeng

Matahari yang menyala-nyala tersungkur dibawa ombak
di laut biru nyanyian ratapan anak sampan
asa yang telanjur mengangkasa
langit ialah atap keabadian
dan tanah rumah yang selalu berdiam kemunafikan
tersimpan tawa raja menggelegak
berlayar mengikuti irama angin
yang mereka bilang menuju keabadian
anak sampan menggeliat bercerita di balik awan
lupa matahari telah tersungkur meninggalkan pedih

2015


Prolog

Aku terimpit di rumah yang atap dan bangunan
menjulang tinggi kemegahan
kayu rumah tempat aku belajar keheningan dimakan rayap
bersisa segenggam serbuk kenangan

2015


Fana

Putri belia merupa wajah elok bermekaran kembang
termenung mataku memandang selarik puisi
bernuansa asmara diramu lewat diksi pincang
rupanya elok dimanja dan dipuja bak anak raja
jangan engkau percaya pada gelap malam
yang kata kumbang-kumbang banyak terlahir hening

selarik puisi mencakar-cakar tubuhku
meminta belas kasih dipertemukan kembang mekar
ia haus hendak meminum darah keabadian

2015


Wakil Tuhan

Suara-suara tuhan diperkumpulkan diganti
wakil-wakil tuhan berwajah beringas
baju mereka beraroma rupiah mata berkilau berlian
pasal demi pasal mereka cipta dari ayat pertama
hingga ayat terakhir habis didagangkan
semenjak suara tuhan diwakili

suara-suara tuhan lenyap terkubur bersama dongeng
wakil-wakil tuhan berkumpul dalam kubangan
mencari pasal demi pasal yang terlanjur gigil
mata menyala senyum merekah
mewakili tuhan dunia

2015


Monolog

Sepatu kulit yang kupakai meludah ketika
kulitnya mengelupas dihantam kemegahan
ia benci setiap sepatu yang berjajar rapi di pinggir jalan
wajahnya berang kulit terkelupas mata liar
sepatu kulit yang kupakai menerjang tawa
hendak menerkam kebencian

kakiku melepuh tak sanggup menahan luka
yang dibenam kebencian
aku tersungkur di ujung senja diam takluk

2015


Desing

Malam kelam bertabur suara-suara sumbang
derai hujan menemani malam menghitam
pak tua duduk di pinggir kali
memandang sinis pada mata bulan
yang tiba-tiba
menghardik lamun

pak tua istrimu menanti di rumah
menanti kepulangan yang telah lama pergi
mencari-cari senyum
sedang keceriaan ada di tubuhnya

2015




------------
Abd. Rahman M, lahir di Prapat Janji, Sumatera Utara, 29 Juni 1989. Tulisannya dimuat di berbagai media massa.


Lampung Post, Minggu, 15 Maret 2015

No comments:

Post a Comment