Dongeng
Matahari yang menyala-nyala tersungkur dibawa ombak
di laut biru nyanyian ratapan anak sampan
asa yang telanjur mengangkasa
langit ialah atap keabadian
dan tanah rumah yang selalu berdiam kemunafikan
tersimpan tawa raja menggelegak
berlayar mengikuti irama angin
yang mereka bilang menuju keabadian
anak sampan menggeliat bercerita di balik awan
lupa matahari telah tersungkur meninggalkan pedih
2015
Prolog
Aku terimpit di rumah yang atap dan bangunan
menjulang tinggi kemegahan
kayu rumah tempat aku belajar keheningan dimakan rayap
bersisa segenggam serbuk kenangan
2015
Fana
Putri belia merupa wajah elok bermekaran kembang
termenung mataku memandang selarik puisi
bernuansa asmara diramu lewat diksi pincang
rupanya elok dimanja dan dipuja bak anak raja
jangan engkau percaya pada gelap malam
yang kata kumbang-kumbang banyak terlahir hening
selarik puisi mencakar-cakar tubuhku
meminta belas kasih dipertemukan kembang mekar
ia haus hendak meminum darah keabadian
2015
Wakil Tuhan
Suara-suara tuhan diperkumpulkan diganti
wakil-wakil tuhan berwajah beringas
baju mereka beraroma rupiah mata berkilau berlian
pasal demi pasal mereka cipta dari ayat pertama
hingga ayat terakhir habis didagangkan
semenjak suara tuhan diwakili
suara-suara tuhan lenyap terkubur bersama dongeng
wakil-wakil tuhan berkumpul dalam kubangan
mencari pasal demi pasal yang terlanjur gigil
mata menyala senyum merekah
mewakili tuhan dunia
2015
Monolog
Sepatu kulit yang kupakai meludah ketika
kulitnya mengelupas dihantam kemegahan
ia benci setiap sepatu yang berjajar rapi di pinggir jalan
wajahnya berang kulit terkelupas mata liar
sepatu kulit yang kupakai menerjang tawa
hendak menerkam kebencian
kakiku melepuh tak sanggup menahan luka
yang dibenam kebencian
aku tersungkur di ujung senja diam takluk
2015
Desing
Malam kelam bertabur suara-suara sumbang
derai hujan menemani malam menghitam
pak tua duduk di pinggir kali
memandang sinis pada mata bulan
yang tiba-tiba
menghardik lamun
pak tua istrimu menanti di rumah
menanti kepulangan yang telah lama pergi
mencari-cari senyum
sedang keceriaan ada di tubuhnya
2015
------------
Abd. Rahman M, lahir di Prapat Janji, Sumatera Utara, 29 Juni 1989. Tulisannya dimuat di berbagai media massa.
Lampung Post, Minggu, 15 Maret 2015
Matahari yang menyala-nyala tersungkur dibawa ombak
di laut biru nyanyian ratapan anak sampan
asa yang telanjur mengangkasa
langit ialah atap keabadian
dan tanah rumah yang selalu berdiam kemunafikan
tersimpan tawa raja menggelegak
berlayar mengikuti irama angin
yang mereka bilang menuju keabadian
anak sampan menggeliat bercerita di balik awan
lupa matahari telah tersungkur meninggalkan pedih
2015
Prolog
Aku terimpit di rumah yang atap dan bangunan
menjulang tinggi kemegahan
kayu rumah tempat aku belajar keheningan dimakan rayap
bersisa segenggam serbuk kenangan
2015
Fana
Putri belia merupa wajah elok bermekaran kembang
termenung mataku memandang selarik puisi
bernuansa asmara diramu lewat diksi pincang
rupanya elok dimanja dan dipuja bak anak raja
jangan engkau percaya pada gelap malam
yang kata kumbang-kumbang banyak terlahir hening
selarik puisi mencakar-cakar tubuhku
meminta belas kasih dipertemukan kembang mekar
ia haus hendak meminum darah keabadian
2015
Wakil Tuhan
Suara-suara tuhan diperkumpulkan diganti
wakil-wakil tuhan berwajah beringas
baju mereka beraroma rupiah mata berkilau berlian
pasal demi pasal mereka cipta dari ayat pertama
hingga ayat terakhir habis didagangkan
semenjak suara tuhan diwakili
suara-suara tuhan lenyap terkubur bersama dongeng
wakil-wakil tuhan berkumpul dalam kubangan
mencari pasal demi pasal yang terlanjur gigil
mata menyala senyum merekah
mewakili tuhan dunia
2015
Monolog
Sepatu kulit yang kupakai meludah ketika
kulitnya mengelupas dihantam kemegahan
ia benci setiap sepatu yang berjajar rapi di pinggir jalan
wajahnya berang kulit terkelupas mata liar
sepatu kulit yang kupakai menerjang tawa
hendak menerkam kebencian
kakiku melepuh tak sanggup menahan luka
yang dibenam kebencian
aku tersungkur di ujung senja diam takluk
2015
Desing
Malam kelam bertabur suara-suara sumbang
derai hujan menemani malam menghitam
pak tua duduk di pinggir kali
memandang sinis pada mata bulan
yang tiba-tiba
menghardik lamun
pak tua istrimu menanti di rumah
menanti kepulangan yang telah lama pergi
mencari-cari senyum
sedang keceriaan ada di tubuhnya
2015
------------
Abd. Rahman M, lahir di Prapat Janji, Sumatera Utara, 29 Juni 1989. Tulisannya dimuat di berbagai media massa.
Lampung Post, Minggu, 15 Maret 2015
No comments:
Post a Comment