Makam Tak Bernisan
: DN Aidit
di sini ditanam jasadnya.
lelaki gempal dari pulau bangka.
pada masanya komunisme tak lahir dari
pecahan batu dan rel kereta api.
melainkan dibuahi azam iman
tentang kehidupan tak berkasta.
di sini terbaring riwayat bang amat.
pendusta panca sila paling berani.
pada dirinya silsilah gelap
sebuah partai diakhiri.
tak seorang pun merasa berhak
menulis riwayat baru walau hanya seayat.
malangnya, dunia turut menghakiminya.
tempat terkutuk diberikan padanya
di sudut dunia paling jadah.
kisah kesatria berzirah mirah delima
bertiup sayup-sayup sampai.
dihapus kebengisan zaman
dan amarah sang angin.
tembok bisu dari abad lalu
enggan berbagi cerita.
barisan kayu jati tua pun setia
menyimpan berjuta rahasia.
milik bilik masa silam yang
tersembunyi di dalam
peti mati berhias celurit dan palu gada.
dua tiga ekor ayam mematuki bebutir jagung,
kemudian berak di atas tanah di mana
jasad sang ketua berada.
Boyolali-Yogyakarta, 26 Agustus 2014
Omong Kosong di Puncak Pesagi
: Kisanak Depri
kau duduk di depan perapian.
di samping pokok pinus yang
tegak menantang langit.
tatkala fajar menyapa
dari balik kakinya.
tanah subur di bawah sana
menenun sebuah harap.
hidupkan semula kisah
lama orang-orang desa.
lelaki perempuan sederhana
dengan mimpi bersahaja.
tiba-tiba darahmu terkesiap.
seekor elang terbang
menuju pucuk pesagi.
“kenui ngelayang
mit pesagi!” pekikmu.
itulah hikayat tua yang
melampaui selusin abad.
cerita tak usang tentang
pemenang dan pecundang.
orang-orang dari utara dan musuh mereka
yang terpaksa terusir menuju selatan.
sementara engkau dan aku di sini
masih memilin tasbih.
menanti takdir tak pasti
cucu lima lelaki berhidung
bagus dan juru masaknya.
Puncak Pesagi-Jambi, 3 & 14 Juli 2009
Deja Vu
seorang anak perempuan
berambut sebahu.
hadir dalam benakku
bertahuntahun lalu.
kernyit kening wajah selintas
angkuh, tersaji dari
masa depan tak teraba.
ia tak bicara walau sepatah kata.
pun tak menangis atau tertawa.
hanya tatap mata tawarkan
tekateki tak terbaca.
mungkinkah masa kini ditentukan
penggal bayangbayang
hari lalu yang tersirat?
Stasiun Komuter UKM Bangi Malaysia, 9 Juli 2013
------------------
Muhammad Harya Ramdhoni, lahir di Solo, 15 Juli 1981, pengarang prosa sejarah Lampung Perempuan Penunggang Harimau (2011) dan kumcer Kitab Hikayat Orang-orang yang Berjalan di Atas Air (Koekoesan, 2012). Ia berkhidmat sebagai staf pengajar Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Lampung Post, Minggu, 29 Maret 2015
: DN Aidit
di sini ditanam jasadnya.
lelaki gempal dari pulau bangka.
pada masanya komunisme tak lahir dari
pecahan batu dan rel kereta api.
melainkan dibuahi azam iman
tentang kehidupan tak berkasta.
di sini terbaring riwayat bang amat.
pendusta panca sila paling berani.
pada dirinya silsilah gelap
sebuah partai diakhiri.
tak seorang pun merasa berhak
menulis riwayat baru walau hanya seayat.
malangnya, dunia turut menghakiminya.
tempat terkutuk diberikan padanya
di sudut dunia paling jadah.
kisah kesatria berzirah mirah delima
bertiup sayup-sayup sampai.
dihapus kebengisan zaman
dan amarah sang angin.
tembok bisu dari abad lalu
enggan berbagi cerita.
barisan kayu jati tua pun setia
menyimpan berjuta rahasia.
milik bilik masa silam yang
tersembunyi di dalam
peti mati berhias celurit dan palu gada.
dua tiga ekor ayam mematuki bebutir jagung,
kemudian berak di atas tanah di mana
jasad sang ketua berada.
Boyolali-Yogyakarta, 26 Agustus 2014
Omong Kosong di Puncak Pesagi
: Kisanak Depri
kau duduk di depan perapian.
di samping pokok pinus yang
tegak menantang langit.
tatkala fajar menyapa
dari balik kakinya.
tanah subur di bawah sana
menenun sebuah harap.
hidupkan semula kisah
lama orang-orang desa.
lelaki perempuan sederhana
dengan mimpi bersahaja.
tiba-tiba darahmu terkesiap.
seekor elang terbang
menuju pucuk pesagi.
“kenui ngelayang
mit pesagi!” pekikmu.
itulah hikayat tua yang
melampaui selusin abad.
cerita tak usang tentang
pemenang dan pecundang.
orang-orang dari utara dan musuh mereka
yang terpaksa terusir menuju selatan.
sementara engkau dan aku di sini
masih memilin tasbih.
menanti takdir tak pasti
cucu lima lelaki berhidung
bagus dan juru masaknya.
Puncak Pesagi-Jambi, 3 & 14 Juli 2009
Deja Vu
seorang anak perempuan
berambut sebahu.
hadir dalam benakku
bertahuntahun lalu.
kernyit kening wajah selintas
angkuh, tersaji dari
masa depan tak teraba.
ia tak bicara walau sepatah kata.
pun tak menangis atau tertawa.
hanya tatap mata tawarkan
tekateki tak terbaca.
mungkinkah masa kini ditentukan
penggal bayangbayang
hari lalu yang tersirat?
Stasiun Komuter UKM Bangi Malaysia, 9 Juli 2013
------------------
Muhammad Harya Ramdhoni, lahir di Solo, 15 Juli 1981, pengarang prosa sejarah Lampung Perempuan Penunggang Harimau (2011) dan kumcer Kitab Hikayat Orang-orang yang Berjalan di Atas Air (Koekoesan, 2012). Ia berkhidmat sebagai staf pengajar Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Lampung Post, Minggu, 29 Maret 2015