Sunday, July 20, 2014

Sajak-sajak Isbedy Stiawan ZS

Perjamuan Siang

siang yang garing ketika aku pamit, entah untuk kembali atau
benarbenar kulupakan seluruh percakapan. juga segelas jus alpokat,
jamuan siang dan kenangan yang berserak di meja itu. "tapi kuingin
suatu waktu kita ulangi pertemuan ini, lebih intim lagi," kata seekor
cicak yang tibatiba jatuh di meja makan ini

hari amat melepuh. kutinggalkan sisa bibirku di mangkuk jamuan,
setelah kau cicicipi sedikit demi sedikit seperti kaunikmati soto betawi;
"biarkan aku simpan jika masih sisa untuk kuhampar lagi pada
jamuan siang berikutnya," kataku, seperti yakin kelak ada
perhelatan lagi. sebuah pesta besar merayakan kemenangan

siapa yang datang ketika perjamuan hampir selesai?

30 Juni 2014



Jam Melompat-lompat di Dalam Perutku

jam yang melompat-lompat di dalam perutku semakin lambat
seperti perempuan penari gemulai tangannya mengelus sabarku

perjalanan akan selalu lama, butuh waktu tak sekejap. apalagi
untuk pulang disambut riang. sungai susu, taman buah dan bunga,
bidadari cantik yang hanya hidup di kahyangan, adalah ratu
di sini

jika bidadari cantik menemani, sungai susu akan membuatku
selalu muda, atau taman bunga dan taman buah (anggur) agar
aku mabuk hanya padamu, bahkan jamuan selezat apa pun
dihidangkan kekasihku, akan kukatakan "aku sudah tak lagi lapar."

karena puasaku kukadokan hanya padamu. cukuplah kau menerima,
aku kehilangan lapar dahaga

aku selalu berada di senja

1 Juli 2014



Kau Janjikan Pertemuan Ini

aku terjaga, tapi kaukah yang membangunkan? mengusir pergi
selimut, melarungkan bantal dan tempat tidurku, serta mendamparkan
di bukit jauh yang tandus. seperti mengjngatkan aku pada perahu nuh
yang terdampar juga di bukit ini seepas air raya. menghayutkan
keluarga dan umatnya karena khianat atas surat-surat ilahi

tak ada lagi perahu nuh di bukit sunyi dan tandus ini. kau bangunkan
aku setelah banjie besar. dan kau mengjakku bercakap, kau kisahkan
orang-orang abai dan banal. malam sepi -- di sini hanya berdua: aku
menjadi murid di hadapanmu yang guru. kuikuti surat-suratmu, satu
persatu kueja hurupnya. bagaimana bisa aku mengejanya?

"bacalah!" perintahmu. "jika kau mampu mengenal hurup-hurup itu,
kau akan faham tanda di dalamnya. seperti kau mengenal lekuk
tubuh semesta ini."

tapi aku tak membaca kisah perahu yang terdampar setelah air raya
surut dan orang-orang menuruni lambung kayu itu, kecuali langit
masih mendung dan aku mengendus bau kematian
di lantai ini. aku tersedu, teringat masa lalu yang pekat dan berlumpur

          -- aku melangkah dalam gelap. aku berenang di kolam lumpur --

"Tuhan, kaukah yang menjanjikan pertemuan sepertiga malam ini?" aku tersedu

1 Juli 2014; 01.40




Aku Merantau

aku merantau, dari rumah ke masjid
dari kenyang ke lapar-dahaga
aku kunci mulutku agar tak terucap
caci dan fitnah dari lidahku

aku tulangkan lidahku
agar tahu arti ucapan

ramadhan kau ajarkan...

2014


----------
Isbedy Stiawan Z.S., menulis di berbagai media massa. Sastrawan kelahiran Tanjungkarang, Lampung ini, telah menerbitkan sejumlah buku cerpen dan puisi. Terbaru kumpulan cerpen Perempuan di Rumah Panggung (2013) dan kumpulan puisi Menuju Kota Lama (2014).


Lampung Post, Minggu, 20 Juli 2014

No comments:

Post a Comment