Menghitung Rindu, Membilang Namamu
rindu masih biru
menapaki dinding-dinding waktu
ada yang menyeru namamu
dalam gerimis yang paling syahdu
beri aku bunga yang paling mawar
pengganti rindu yang mendebar
sepi kini menjelma getar-getar
merasuki jiwa yang menggelepar
membaca cahaya, mengurai pendar
rindu masih biru
singgah mengetuk pintu
begitu restu…
begitulah selalu kusebut namamu
Kedoya, 16 Januari 2014
Di Makam
aku datang kembali, pa…
lepas rindu raga
membasuh tubuh rerumputan
mengurai manik kenangan
panjatkan al-fatihah, lafadzkan yasin
di makam inilah saat perjumpaan
ingatkan diri akan sebuah pertemuan
Bandung, 2 Februari 2014
Lelayang
jika rindu sudah enggan bertandang
ke mana cinta dibawa dendang
sedang luka telah meradang
tinggallah bimbang
bagai lelayang
mencoba pasrah
dalam ragu dan gelisah
satu asa yang tetap singgah
meski air mata tak sudah-sudah
doa adalah kesetiaan yang terindah
Tangerang, 16 Februari 2014
Nyanyian Hati
Aku ingin menetap di dadamu
yang kekar menasbihkan namaku
menggenapkan waktu menjadi beku
agar tak ada lagi ruang tunggu
yang mencatat semua manik ragu
Tubuhmu bagai lautan
tempat perahuku melabuhkan kerinduan
meski terombang-ambing riak kecemburuan
dihempas badai dan angin buritan
Duhai kekasih hati
layarkanlah mantra-mantra pecintaan ini
pada senja, dan pada ombak yang tak henti menanti
Aku ingin menetap di dadamu
yang penuh gelombang itu…
Sungguh!
Tangerang, 18 Februari 2014
Laut Mencatat Luka
laut mencatat luka-luka
menampung air mata
detik demi detik muara
ada yang diam-diam cemas
layu terhempas
ia yang melangkah, pergi dalam gegas
laut telah mencatat luka
pada satu paragraf cinta
pada ia yang ingin melupa
Kedoya, 26 Februari 2014
---------
Novy Noorhayati Syahfida, lahir di Jakarta pada 12 November. Buku puisinya: Atas Nama Cinta (2012) dan Kuukir Senja dari Balik Jendela (2013).
Lampung Post, Minggu, 22 Juni 2014
rindu masih biru
menapaki dinding-dinding waktu
ada yang menyeru namamu
dalam gerimis yang paling syahdu
beri aku bunga yang paling mawar
pengganti rindu yang mendebar
sepi kini menjelma getar-getar
merasuki jiwa yang menggelepar
membaca cahaya, mengurai pendar
rindu masih biru
singgah mengetuk pintu
begitu restu…
begitulah selalu kusebut namamu
Kedoya, 16 Januari 2014
Di Makam
aku datang kembali, pa…
lepas rindu raga
membasuh tubuh rerumputan
mengurai manik kenangan
panjatkan al-fatihah, lafadzkan yasin
di makam inilah saat perjumpaan
ingatkan diri akan sebuah pertemuan
Bandung, 2 Februari 2014
Lelayang
jika rindu sudah enggan bertandang
ke mana cinta dibawa dendang
sedang luka telah meradang
tinggallah bimbang
bagai lelayang
mencoba pasrah
dalam ragu dan gelisah
satu asa yang tetap singgah
meski air mata tak sudah-sudah
doa adalah kesetiaan yang terindah
Tangerang, 16 Februari 2014
Nyanyian Hati
Aku ingin menetap di dadamu
yang kekar menasbihkan namaku
menggenapkan waktu menjadi beku
agar tak ada lagi ruang tunggu
yang mencatat semua manik ragu
Tubuhmu bagai lautan
tempat perahuku melabuhkan kerinduan
meski terombang-ambing riak kecemburuan
dihempas badai dan angin buritan
Duhai kekasih hati
layarkanlah mantra-mantra pecintaan ini
pada senja, dan pada ombak yang tak henti menanti
Aku ingin menetap di dadamu
yang penuh gelombang itu…
Sungguh!
Tangerang, 18 Februari 2014
Laut Mencatat Luka
laut mencatat luka-luka
menampung air mata
detik demi detik muara
ada yang diam-diam cemas
layu terhempas
ia yang melangkah, pergi dalam gegas
laut telah mencatat luka
pada satu paragraf cinta
pada ia yang ingin melupa
Kedoya, 26 Februari 2014
---------
Novy Noorhayati Syahfida, lahir di Jakarta pada 12 November. Buku puisinya: Atas Nama Cinta (2012) dan Kuukir Senja dari Balik Jendela (2013).
Lampung Post, Minggu, 22 Juni 2014
No comments:
Post a Comment