Sunday, May 4, 2014

Sajak-sajak Robi Akbar

Warahan

dengarlah tabuhan cetik dan kendang ini
akan aku ceritakan kepadamu
sebuah kisah tentang perang saudara
bukan
ini bukan kisah mahabarata
yang berselisih lantaran kekuasaan
ini kisah tentang perang saudara yang tersulut
lantaran hasut
yang terlalu deras tercerap
dan tanpa sadar telah membuat mata dan hati sasap
hari itu
kalianda berdarah kampungkampung dibakar dendam
orangorang dengan parang digenggam
dengan dada terbakar amarah
mengayunkan kebencian
rumahrumah hangus rata tanah
anakanak menangisi kakak lelaki dan bapaknya yang mati
perempuanperempuan muda menangisi kekasihnya
seorang ibu menjadi gila
anak dan suami tiada
ia menjerit
"hei
mengapa kalian bunuh saudara sendiri"
lalu tertawa geli
ia tak pernah tahu apa kesalahan anak dan suaminya
terakhir ia dapati dua jasad itu
terbujur kaku seperti cangkul di sebelahnya
darah
ia mencium anyir darah bercampur lumpur
dan sisa kenangan pagi
sebelum mereka berangkat ke sawah
jangan
jangan cari siapasiapa
untuk dijadikan kambing hitam
sebab ini bukan karena siapa salah dan siapa benar
dengarlah tabuhan cetik dan kendang ini

bi'14


Ingin Pulang

hujan turun
rintiknya yang berjatuhan
memetik berjuta kenang
tentang resah bayang
rumah
wajah emak juga abah
yang selalu menuntun langkah
dan keinginanku tuk pulang

di kota ini
selalu kusaksikan kaki-kaki peradaban
berpatahan
disapu angin dan kecurangan
tangan-tangan menggali lubang-lubang sunyi
menggali kubur bagi tradisi

di sini
orang-orang selalu lekas
bergegas
entah ke mana
di setiap simpang
saling tikam
lorong-lorong hitam
nasib semakin kelam

hujan turun
rintiknya yang berjatuhan
mengarus di jalan-jalan
menyusur ganggang lengang
kenyataan
tak pernah seindah seperti yang kita bayangkan

di kota ini
kalau ingin bertahan
asah pikir setajam belati
dan bersiaplah
menikam atau ditikam
jangan
jangan pernah tujukan belasmu
sebab itu akan membunuhmu

hujan turun
rintiknya yang berjatuhan
menjadi bah
membanjiri berbagai kisah keluh dan kesah
tentang orangorang lemah yang tenggelam
ditelan kecurangan
nasib dan kenyataan yang semakin kelam

hujan turun
rintiknya yang berjatuhan
menuntunku pulang

bi'14



Menatap Lemari Makan Tak Berisi

hari ini orang-orang akan pergi meninggalkanku
entah ke mana
mereka membawa entah apa
setumpuk kecamuk pikir
atau segumpal sakit hati
aku tak tahu
yang jelas
dari wajah-wajah yang terlihat sekilas
sebelum beranjak mengayunkan langkah pertamanya
nampak perasaan kecewa entah pada apa
perasaan sia-sia entah karena apa
di rautnya garis-garis luka
malang melintang seenaknya
hari ini orang-orang akan pergi
dan aku seperti kanak yang menatap lemari makan tak berisi
ibu mati
dan bapak berniat bunuh diri

bi'14


Arus yang Berbisik

seperti suara bisik yang perlahan menghanyutkan waktuku
arus itu
meriak di batu-batu
menyusur jalan yang tak pernah meninggalkan jejak baginya

dibawanya seluruh bayang
yang mengendap dalam ingatan
tentang tanah moyang
dan segala tradisinya yang semakin gersang

arus yang berbisik
ke muara manakah resah tujumu
meliuk di setiap tikung
melompat di setiap jurang
lewati malam-malam berlapis kabut
ke laut
alirmu semakin kalut

bi’14


Ular itu
ular itu
melilit keingin tahuanmu
di ranting pohon
dengan buah-buah ranum yang mengodamu
sebelum jarak dan waktu
mempersembahkan pisah kemudian

bi'14


Aku Masih di Sini

ketika kalian melepas lelah
dalam nyanyian blues dan tenggakan wisky
di cafe itu
petualangan panjang yang usai kalian lalui
benarbenar tak menyisakan tanda
bagi teks-teks yang hilang dari kenangan
aku masih di sini
di jalan ini
masih menyusur peta yang selalu gagal kubaca arahnya
aku sasar
hilang dalam selasar
antara kabut-kabut dan lengking hyena di kaki kilimanjaro
siapakah yang meledakkan peluru
dalam kesuraman malam
perahu-perahu karam di kening kalian
aku masih di sini
di cekam ketakutan
di antara tanah-tanah yang pecah
di antara kemarau dan sejarah yang resah

bi'14


-------------
Robi Akbar, lahir 3 Oktober 1978. Pernah bergiat di Teater Satu Lampung. Sekarang lebih memilih menulis saja.


Lampung Post, 4 Mei 2014

No comments:

Post a Comment