Bunga Es
melihat malaikat jibril
memunguti bulu embun yang menempel
di setiap kaca di sekitar wawang tidur
serupa mendung yang surut bersama hujan
yang enggan menundukkan pandangan
saat memegang ekor petir dilangit-langit lemari
kerap kali sebuah benda tajam berkilau abu-abu
membenturkan taringnya di sisi ranting tubuh
serupa tahanan yang memonopoli perdagangan toko
duri-duri sombong sempurna dan kekal dengan prasangka
tapi tunggu, di matanya ada televisi
yang menyiarkan betapa buruknya perkiraan cuaca
getir beraroma pahit dalam tempurung kelapa beku
terbungkus oleh salju tiruan
tak terlihat ataupun kepanasan
sementara ingatan telah hilang tentang ikan-ikan,
daging giling dan sayur mayur
yang kulitnya tak sampai berkerut berhari-hari
sebelum sampai di mulut-mulut jagal bergigi
es terasa dingin
bersama manis gula yang terbawa oleh angin
namun bunganya tak jua membeku
bunga yang menempel di atas
dinginnya perasanmu.
Magetan, 19 Maret 2014
Menanam Pasrah
barangkali aku tak bisa bergerak ke mana
untuk sekedar mendekat atau minum seadanya
bagiku itu bukanlah takdir yang pahit
kala tanah meretak dan resapan semakin sulit
kerap kali riang kala gerimis menyambang
menempel pada celah dan berkenan menggenang
berawal dari benih yang jatuh dari paruh
di pelataran merah bercampur kerikil, pasir,
dan batu-batu tambang
di depan goa putih kokoh yang berdiam, kala
langit menghitam dan badai meminta persembahan
daun, cabang, tumbang, lumpuh, dan hilang
tercabut dari tanah
hingga mengering ataupun musnah
kepasrahan yang takkunjung hilang
saat pandangan mata luntur dan berbayang
tak henti napas bersyukur, atas lahir dan berkah umur.
Magetan, 14 April 2014
Terlarang
: Wiji Thukul
suara beradu menggelegar
bersama gerak mulut menggelepar
tangan-tangan yang bergetar
yang belum sepenuhnya gentar
kami beradu argumen
di antara dinding semen permanen
sementara tak beradu mata
namun kami beradu kata
kata yang dipasung
diobrak-abrik tak keruan
kau hanya ingin aku menyaksikan
permainan adegan di pelataran
dengan segala bualan kepemimpinan
mengubur dan mengintimidasi papan
di mana pun sepanjang kau berjalan
dengan senyum hanyut pilu
menimbun tubuh bersama tulisanku.
Surakarta, Januari 2014
Namsan
malam ini sebuah kunci kulempar di atas kota
bersama lampu yang berkelip di bawah senja
mereka hidup di tepian salju yang bertumpuk
berongga di jaket dan syal ungu yang kupeluk
kakiku menggantung di menara komunikasi
menjulang setinggi 263 meter di atas bumi
diantara jajaran gedung 605 kilometer persegi
dalam perut gunung namsan, 24 tahun berdiri
di sinilah ribuan merpati rapat berpejam janji
dengan gembok yang sengaja kehilangan kunci
ribuan nama dan pesan yang dahulu menghuni
dari sepasang harapan yang merayu untuk abadi
sementara ujung hidungku mulai memerah
di kota seoul, dengan kerudung kuning cerah.
Magetan, 1 Maret 2014
------------------
Kinanthi Angraini, lahir di Magetan, 17 Januari. Mahasiswi Pascasarjana Pendidikan Sains, UNS Solo, ini juga pernah menjadi model Hijab Moshaict tahun 2011. Menulis puisi dan reportase. Karya puisinya pernah dimuat di belasan media dan buku antologi.
Lampung Post, Minggu, 18 Mei 2014
melihat malaikat jibril
memunguti bulu embun yang menempel
di setiap kaca di sekitar wawang tidur
serupa mendung yang surut bersama hujan
yang enggan menundukkan pandangan
saat memegang ekor petir dilangit-langit lemari
kerap kali sebuah benda tajam berkilau abu-abu
membenturkan taringnya di sisi ranting tubuh
serupa tahanan yang memonopoli perdagangan toko
duri-duri sombong sempurna dan kekal dengan prasangka
tapi tunggu, di matanya ada televisi
yang menyiarkan betapa buruknya perkiraan cuaca
getir beraroma pahit dalam tempurung kelapa beku
terbungkus oleh salju tiruan
tak terlihat ataupun kepanasan
sementara ingatan telah hilang tentang ikan-ikan,
daging giling dan sayur mayur
yang kulitnya tak sampai berkerut berhari-hari
sebelum sampai di mulut-mulut jagal bergigi
es terasa dingin
bersama manis gula yang terbawa oleh angin
namun bunganya tak jua membeku
bunga yang menempel di atas
dinginnya perasanmu.
Magetan, 19 Maret 2014
Menanam Pasrah
barangkali aku tak bisa bergerak ke mana
untuk sekedar mendekat atau minum seadanya
bagiku itu bukanlah takdir yang pahit
kala tanah meretak dan resapan semakin sulit
kerap kali riang kala gerimis menyambang
menempel pada celah dan berkenan menggenang
berawal dari benih yang jatuh dari paruh
di pelataran merah bercampur kerikil, pasir,
dan batu-batu tambang
di depan goa putih kokoh yang berdiam, kala
langit menghitam dan badai meminta persembahan
daun, cabang, tumbang, lumpuh, dan hilang
tercabut dari tanah
hingga mengering ataupun musnah
kepasrahan yang takkunjung hilang
saat pandangan mata luntur dan berbayang
tak henti napas bersyukur, atas lahir dan berkah umur.
Magetan, 14 April 2014
Terlarang
: Wiji Thukul
suara beradu menggelegar
bersama gerak mulut menggelepar
tangan-tangan yang bergetar
yang belum sepenuhnya gentar
kami beradu argumen
di antara dinding semen permanen
sementara tak beradu mata
namun kami beradu kata
kata yang dipasung
diobrak-abrik tak keruan
kau hanya ingin aku menyaksikan
permainan adegan di pelataran
dengan segala bualan kepemimpinan
mengubur dan mengintimidasi papan
di mana pun sepanjang kau berjalan
dengan senyum hanyut pilu
menimbun tubuh bersama tulisanku.
Surakarta, Januari 2014
Namsan
malam ini sebuah kunci kulempar di atas kota
bersama lampu yang berkelip di bawah senja
mereka hidup di tepian salju yang bertumpuk
berongga di jaket dan syal ungu yang kupeluk
kakiku menggantung di menara komunikasi
menjulang setinggi 263 meter di atas bumi
diantara jajaran gedung 605 kilometer persegi
dalam perut gunung namsan, 24 tahun berdiri
di sinilah ribuan merpati rapat berpejam janji
dengan gembok yang sengaja kehilangan kunci
ribuan nama dan pesan yang dahulu menghuni
dari sepasang harapan yang merayu untuk abadi
sementara ujung hidungku mulai memerah
di kota seoul, dengan kerudung kuning cerah.
Magetan, 1 Maret 2014
------------------
Kinanthi Angraini, lahir di Magetan, 17 Januari. Mahasiswi Pascasarjana Pendidikan Sains, UNS Solo, ini juga pernah menjadi model Hijab Moshaict tahun 2011. Menulis puisi dan reportase. Karya puisinya pernah dimuat di belasan media dan buku antologi.
Lampung Post, Minggu, 18 Mei 2014
No comments:
Post a Comment