Esai yang Hilang
ketika kau berbicara atas nama daun-daun
aku telah kehilangan pohon
ketika kau berkisah tentang akar
aku telah menelan buah-buahnya
ketika kau menjadi penayang tentang musim
aku telah meluku tanah, menebarkan benih
ketika kau berdongeng tentang sebuah impian
aku telah berada di sebuah dunia yang nyata
kini giliranku berkisah padamu tentang puisi
yang tak pernah selesai kutulis
tetapi kau memilih membaca prosa
yang sudah selesai kutulis
(kita pun kehilangan esai yang sama...)
LA 2014
Air Mata Kutukan
jangan pernah kau garami aku
dengan bahasa laut yang kau pinjam
dari lipatan-lipatan ombak
hingga mulutmu berbuih-buih
simpanlah bibir pantaimu
yang penuh dengan pasir
sebab kau tak pernah tahu
di mana palung jiwaku terdalam
dan kau bukan penyelam mutiara
kecuali pemungut cangkang kerang
di sepanjang pesisir
di mana nyiur tak lagi melambai
jadi jangan lagi kau berkisah padaku
tentang batu yang menangis
mengalirkan air mata kutukan
dari sumur tanpa dasar
LA 2014
Cangkang Kerang
kau tak akan pernah dapat mengejar pantai
pada lidah-lidah ombak yang terus beriak dan berderai
jauh di lubuk hatimu yang terdalam
di sana kau hanya menjadi cangkang kerang
bukan sebagai sebutir mutiara yang berkilau
di dasar keyakinanmu sendiri
maka biarlah pantai terus melepaskan ombaknya di atas pasir
untuk menghapus setiap jejak kakimu dan membasuhnya
dengan garam dari sisa waktumu yang telah lampau
bukalah kacamata hitammu dan tengadahlah
pandang jauh melewati garis batas cakrawala
di mana lelaki lautmu selalu tersenyum
LA 2014
Ampas Kopi
-- kepada aa
telah tumpah kopi itu dari cangkirnya
padahal kau yang mengajarkan bagaimana menyeduhnya
kita tak dapat lagi bersulang, apalagi berkisah
tentang manis dan pahitnya kopi dalam cangkir
jika yang tersisa hanya ampas diceruknya
ada saatnya kita memang duduk bersama
tapi kau telah meninggalkan meja itu
dan menutup semua percakapan dalam diam
hingga aku hanya dapat melihat punggungmu
terbungkuk memikul keangkuhan
dan menghilang di balik pintu tertutup
kuncilah pintu itu karena aku pun
mungkin tak akan pernah mengetuknya
meskipun aku tahu bagaimana membukanya
tapi aku juga tahu akan sia-sia
karena kita tak akan lagi saling mengenal
kini aku belajar dari ampas kopi
di dalam ceruk gelas...
LA 2013
Lelaki yang Membongkar Tubuhnya
lelaki yang membongkar dirinya
kini berdiri di hadapanmu. telanjang
cahaya matanya begitu tajam dan liar
suaranya yang bergetar, menggema
dari rongga paling sunyi
memanggil nama-nama yang hilang
seperti melafazkan mantera kutukan
dari para mambang leluhurnya
: "aku telah menelan seluruh malam
aku telah menelan seluruh siang
matahari dan rembulan
telah kukutuk menjadi gerhana!"
lelaki itu telah membongkar dirinya
kini telah berpaling dari hadapanmu
sambil melepaskan tulang-tulang rusuknya
dan mematahkannya seperti ranting
dari pohon yang tak lagi berbuah
sambil terus melangkahkan kakinya
menyeberangi daerah-daerah tak bertuan
dan mengunyah serta mengoyak
seluruh igauan di mulutnya sendiri
hingga meruahkan bau bangkai
: "aku telah mencium harum mawar
aku telah menggoreskan ketajaman duri
duri dan mawar telah tumbuh
dan meracuni seluruh tubuhku!"
lelaki itu telah membongkar dirinya
di bawah matahari dan rembulan
dan tersemak di antara duri dan mawar
di sana kau melihat lelaki itu
menjelma batu gunung
yang diselimuti kabut dingin
tanpa dapat lagi kau menyapanya
LA 2014
Di Luar Malam
impian itu jatuh di luar malam
tinggal sisa waktu yang terkunyah
di celah-celah bibir yang pecah
di bawah lampu 25 watt
: sekian tahun sirna untuk dusta!
hanya untuk menjadi orang bebal
kearfian pun menjadi kedunguan
hanya untuk menyunting malam menjadi siang
untuk alasan yang tak seharusnya dipercaya
sebagai penuturan kisah yang usang
tentang dongeng kesetiaan dan pengkhianatan
tapi tafsir itu terus saja dibaca
sebagai sabda langit dan mantera suci
dari ruang ibadah tempat bersujud
: hanya sebuah pelepasan hasrat!
suara itu bergema dari lorong rahasia
serupa kabut di luar jendela
waktu pun terkunci di sana
LA 2014
Tulang Rusuk
tulang rusukmu terlepas
dan menjelma perempuan
kau pun memberi nama
: hawa
perempuan itu kemudian memberimu buah
: makanlah
dunia pun tertelan oleh bahasa kitab
membentangkan silsilah panjang
lelaki dan perempuan adalah satu bayangan
hadir dan lenyap dalam kebersamaan
LA 2013
--------
Remmy Novaris D.M., penyair. Buku puisinya Dongeng Para Penyair (2013).
Lampung Post, Minggu,13 April 2014
ketika kau berbicara atas nama daun-daun
aku telah kehilangan pohon
ketika kau berkisah tentang akar
aku telah menelan buah-buahnya
ketika kau menjadi penayang tentang musim
aku telah meluku tanah, menebarkan benih
ketika kau berdongeng tentang sebuah impian
aku telah berada di sebuah dunia yang nyata
kini giliranku berkisah padamu tentang puisi
yang tak pernah selesai kutulis
tetapi kau memilih membaca prosa
yang sudah selesai kutulis
(kita pun kehilangan esai yang sama...)
LA 2014
Air Mata Kutukan
jangan pernah kau garami aku
dengan bahasa laut yang kau pinjam
dari lipatan-lipatan ombak
hingga mulutmu berbuih-buih
simpanlah bibir pantaimu
yang penuh dengan pasir
sebab kau tak pernah tahu
di mana palung jiwaku terdalam
dan kau bukan penyelam mutiara
kecuali pemungut cangkang kerang
di sepanjang pesisir
di mana nyiur tak lagi melambai
jadi jangan lagi kau berkisah padaku
tentang batu yang menangis
mengalirkan air mata kutukan
dari sumur tanpa dasar
LA 2014
Cangkang Kerang
kau tak akan pernah dapat mengejar pantai
pada lidah-lidah ombak yang terus beriak dan berderai
jauh di lubuk hatimu yang terdalam
di sana kau hanya menjadi cangkang kerang
bukan sebagai sebutir mutiara yang berkilau
di dasar keyakinanmu sendiri
maka biarlah pantai terus melepaskan ombaknya di atas pasir
untuk menghapus setiap jejak kakimu dan membasuhnya
dengan garam dari sisa waktumu yang telah lampau
bukalah kacamata hitammu dan tengadahlah
pandang jauh melewati garis batas cakrawala
di mana lelaki lautmu selalu tersenyum
LA 2014
Ampas Kopi
-- kepada aa
telah tumpah kopi itu dari cangkirnya
padahal kau yang mengajarkan bagaimana menyeduhnya
kita tak dapat lagi bersulang, apalagi berkisah
tentang manis dan pahitnya kopi dalam cangkir
jika yang tersisa hanya ampas diceruknya
ada saatnya kita memang duduk bersama
tapi kau telah meninggalkan meja itu
dan menutup semua percakapan dalam diam
hingga aku hanya dapat melihat punggungmu
terbungkuk memikul keangkuhan
dan menghilang di balik pintu tertutup
kuncilah pintu itu karena aku pun
mungkin tak akan pernah mengetuknya
meskipun aku tahu bagaimana membukanya
tapi aku juga tahu akan sia-sia
karena kita tak akan lagi saling mengenal
kini aku belajar dari ampas kopi
di dalam ceruk gelas...
LA 2013
Lelaki yang Membongkar Tubuhnya
lelaki yang membongkar dirinya
kini berdiri di hadapanmu. telanjang
cahaya matanya begitu tajam dan liar
suaranya yang bergetar, menggema
dari rongga paling sunyi
memanggil nama-nama yang hilang
seperti melafazkan mantera kutukan
dari para mambang leluhurnya
: "aku telah menelan seluruh malam
aku telah menelan seluruh siang
matahari dan rembulan
telah kukutuk menjadi gerhana!"
lelaki itu telah membongkar dirinya
kini telah berpaling dari hadapanmu
sambil melepaskan tulang-tulang rusuknya
dan mematahkannya seperti ranting
dari pohon yang tak lagi berbuah
sambil terus melangkahkan kakinya
menyeberangi daerah-daerah tak bertuan
dan mengunyah serta mengoyak
seluruh igauan di mulutnya sendiri
hingga meruahkan bau bangkai
: "aku telah mencium harum mawar
aku telah menggoreskan ketajaman duri
duri dan mawar telah tumbuh
dan meracuni seluruh tubuhku!"
lelaki itu telah membongkar dirinya
di bawah matahari dan rembulan
dan tersemak di antara duri dan mawar
di sana kau melihat lelaki itu
menjelma batu gunung
yang diselimuti kabut dingin
tanpa dapat lagi kau menyapanya
LA 2014
Di Luar Malam
impian itu jatuh di luar malam
tinggal sisa waktu yang terkunyah
di celah-celah bibir yang pecah
di bawah lampu 25 watt
: sekian tahun sirna untuk dusta!
hanya untuk menjadi orang bebal
kearfian pun menjadi kedunguan
hanya untuk menyunting malam menjadi siang
untuk alasan yang tak seharusnya dipercaya
sebagai penuturan kisah yang usang
tentang dongeng kesetiaan dan pengkhianatan
tapi tafsir itu terus saja dibaca
sebagai sabda langit dan mantera suci
dari ruang ibadah tempat bersujud
: hanya sebuah pelepasan hasrat!
suara itu bergema dari lorong rahasia
serupa kabut di luar jendela
waktu pun terkunci di sana
LA 2014
Tulang Rusuk
tulang rusukmu terlepas
dan menjelma perempuan
kau pun memberi nama
: hawa
perempuan itu kemudian memberimu buah
: makanlah
dunia pun tertelan oleh bahasa kitab
membentangkan silsilah panjang
lelaki dan perempuan adalah satu bayangan
hadir dan lenyap dalam kebersamaan
LA 2013
--------
Remmy Novaris D.M., penyair. Buku puisinya Dongeng Para Penyair (2013).
Lampung Post, Minggu,13 April 2014
No comments:
Post a Comment