Kita Temukan Keindahan
ketika angin menghempas tirai jendela
di sana kita saksikan tarian
mulai menerobos kamarmu
atas nama keindahan
di sana kita temukan kenyamanan yang mulai terasakan
ranting-ranting yang hampir kering tumbuh tunas
ketika angin menghempas
mempertegas indahnya tarian
di sana masih kita temukan sebenarnya keindahan
ketika angin masih bisa kita rasakan
apalagi yang perlu kita ragukan
tak perlu ada kecemasan
sebab angin yang mengajari keculasan masih menyapa
Yang Sering Kita Anggap Sepele
yang sering kita anggap sepele
tumbuh pohon kemungkinan
berdaun lebat merepotkan
berton-ton beban tersangga sempoyongan
di mana buah
akar cemas pada angin ganas
tumbuh benih kelalaian
di rimbun hutan
betapa akar keruwetan
yang sering kali kita anggap sepele
mari kita ambil umpama tempe
ternyata betapa sulit sebenarnya
mempererat kedelai demi kedelai
yang seringkali kita anggap sepele
dari piaraan cinta dewasa
kita seringkali salah duga
menjadi duka merata
Kita Seringkali Sembunyi
ketika siang ke mana sesungguhnya bintang-bintang
pikiranku tak bisa menjangkau terbang
mengapa malu pada terang
cahaya matahari seringkali ditakuti
kita pun seringkali sembunyi
tanpa disadari
apakah langit semata milik awan
gampang berganti rupa beriringan
tetapi mendung sesungguhnya lebih menguasai
kita seringkali kerepotan
meski pun hujan belum tiba
ke mana kita
bisa tertunda
ketika siang ke mana pula sesungguhnya bulan
yang seringkali menjadi dambaan
terhadap matahari
kita seringkali sembunyi
tanpa disadari
Petasan
yang gampang meledak seringkali disukai
petasan itu contohnya
meski pun yang semula indah
tak akan bisa kembali disatukan
dan orang-orang menyulut petasan
segera meninggalkan
menyelinap di antara kerumunan
gelegar petasan
apakah kesenangan atau kebanggaan
karena orang-orang terkejut
dengan wajah-wajah kecut
yang gampang meledak seringkali digemari
suara-suara itu melambung ke udara
menyulut angkara
----------
Sunardi K.S., lahir di Jepara, menulis berbahasa Indonesia dan Jawa di berbagai media cetak. Antologi puisi berbahasa Jawa tunggalnya berjudul Wegah Dadi Semar 2012.
Lampung Post, Minggu, 8 September 2013
ketika angin menghempas tirai jendela
di sana kita saksikan tarian
mulai menerobos kamarmu
atas nama keindahan
di sana kita temukan kenyamanan yang mulai terasakan
ranting-ranting yang hampir kering tumbuh tunas
ketika angin menghempas
mempertegas indahnya tarian
di sana masih kita temukan sebenarnya keindahan
ketika angin masih bisa kita rasakan
apalagi yang perlu kita ragukan
tak perlu ada kecemasan
sebab angin yang mengajari keculasan masih menyapa
Yang Sering Kita Anggap Sepele
yang sering kita anggap sepele
tumbuh pohon kemungkinan
berdaun lebat merepotkan
berton-ton beban tersangga sempoyongan
di mana buah
akar cemas pada angin ganas
tumbuh benih kelalaian
di rimbun hutan
betapa akar keruwetan
yang sering kali kita anggap sepele
mari kita ambil umpama tempe
ternyata betapa sulit sebenarnya
mempererat kedelai demi kedelai
yang seringkali kita anggap sepele
dari piaraan cinta dewasa
kita seringkali salah duga
menjadi duka merata
Kita Seringkali Sembunyi
ketika siang ke mana sesungguhnya bintang-bintang
pikiranku tak bisa menjangkau terbang
mengapa malu pada terang
cahaya matahari seringkali ditakuti
kita pun seringkali sembunyi
tanpa disadari
apakah langit semata milik awan
gampang berganti rupa beriringan
tetapi mendung sesungguhnya lebih menguasai
kita seringkali kerepotan
meski pun hujan belum tiba
ke mana kita
bisa tertunda
ketika siang ke mana pula sesungguhnya bulan
yang seringkali menjadi dambaan
terhadap matahari
kita seringkali sembunyi
tanpa disadari
Petasan
yang gampang meledak seringkali disukai
petasan itu contohnya
meski pun yang semula indah
tak akan bisa kembali disatukan
dan orang-orang menyulut petasan
segera meninggalkan
menyelinap di antara kerumunan
gelegar petasan
apakah kesenangan atau kebanggaan
karena orang-orang terkejut
dengan wajah-wajah kecut
yang gampang meledak seringkali digemari
suara-suara itu melambung ke udara
menyulut angkara
----------
Sunardi K.S., lahir di Jepara, menulis berbahasa Indonesia dan Jawa di berbagai media cetak. Antologi puisi berbahasa Jawa tunggalnya berjudul Wegah Dadi Semar 2012.
Lampung Post, Minggu, 8 September 2013
No comments:
Post a Comment