Persimpangan Waktu
Sejarah mencatat gerak waktu
Catatan pinggir kelahiran kata-kata
Wujud dari gerak diri yang mengabadi
Sebuah andai setiap napas
Kejadian yang digarap setiap pemenang
Surabaya, 24 Juli 2013
Catatan Malam
Aku menulismu dalam catatan terang
Meski gelap sejak sore tadi menyelimuti diri
Bersetubuh dengan narasi panjang impian
Aku bukanlah pendusta yang berkeliaran tanpa pikiran
Banyak hal yang ingin digarap sepanjang halaman
Namun kantuk sesekali menggelapkan asa
Tak kuasa tubuh tunduk pada bantal-bantal keterasingan
Dari yang nyata menjadi maya
Aku menulis catatan sebagai gambaran keinginan
Yang terus beranjak dari otak ke hati
Badan terasa kurus kerontang menahan keras suara kelopak mata
Sakit kepala menyertai langkah napas
Mengajakku berteduh meski sejenak terlelap
Mungkin dengan begitu esok kembali bergairah
Menggerakkan segenap asa langit impian
Sebab terlanjur besar keinginan
Aku tetaplah aku
Sampaikan kapan pun berlari
Menuju keagungan impian
Membangun asa
Sebuah Menara Kehidupan
Surabaya, 14 Juli 2013
Nestapa Seorang Pengelana
Sejak berangkat berjalan
Tatih harta meninggalkan sunyi
Sebab kami tak punya kelebihan materi
Makan pun sesekali mengutang
Meski tantangan terasa berat
Tapi apalah daya ketiadaan memaksa derita
Kami belajar berharap pada negara
Barangkali mampu menegakkan keadilan
Mengurangi beban hidup lewat pendidikan
Segenap usaha dan kekuatan terus kami bangun
Agar terpilih sebagai juara kemenangan
Nasib baik pun memihak
Mematahkan langit yang tinggi
Hingga layar diri bermuara di Surabaya
Tetapi sayang kini kami banyak dipermainkan
Basa-basi mulut serigala memaksa duka lara
Sejak berbulan lalu dusta terlalu banyak
Hingga kami merasa muak
Sementara mereka selalu berkata tentang sabar
Seperti bahasa langit tanpa salah
Mereka tak pernah mengerti yang terluka
Nasib derita pengelana kampung kelahiran
Bertaruh nasib di Surabaya
Menenun asa ketinggian derajat
Sembari berharap ada baik di depan mata
Lalu sampai kapan kami harus menunggu?
Jika kata dusta dan jarak menggorok jurang
Surabaya, 25 Juli 2013
Keringat Siang
Pagi belum bisa kutaklukkan
Sebab terbitnya terlanjur dini bagi mata
Nostalgia malam yang terjaga dalam harap
Meski letih bergemuruh
Kubayar tugas keseharian siang hari
Peta jalan ikatan baju-baju dan kaus
Menanam kembali harum esok lalu
Gerak tubuh yang membau
Keringat mengucur dalam panas
Siang benar-benar beringas
Menyantap kulit perih
Kugulung setiap tatapan tangan
Kulahap setiap ingatan kata
Lalu mematri diri dalam ikhlas
Untuk terus menikmati jalan waktu
Semberi tersenyum dengan semangat kemenangan
Surabaya, 19 Juli 2013
Narasi Ramadan
Ramadan lalu sepertinya baru kemarin
Tetapi kini Ramadan datang kembali
Satu tahun terbentang catatan sejarah
Narasi pertemuan Ramadan ke Ramadan
Aku seperti tertunduk malu
Menatap lekat-lekat wajah langit
Kesaksian impian yang selalu kujamah setiap hari
Tetapi kini setahun berlalu
Banyak dusta dibangun di atas api
Membakar segenap imaji dalam diri
Meski begitu waktu tetaplah waktu
Jalan sejarah yang menandai kehidupan
Masih banyak jalan sejarah yang mesti dipetakan
Jalan panjang kehidupan dari narasi kampung kelahiran
Aku masih terus akan berdiri tegak
Menatap langit dengan sejuta bintang, awan, dan matahari
Di sana masih sangat jelas atap-atap masa depan
Meski begitu tempat tetaplah tempat
Kesaksian jalan hidup yang dijumpai
Masih banyak tempat sejarah yang mesti singgahi
Seluas mata memadang dalam lautan lepas
Ada banyak cerita yang mesti terus dibangun
Sebab mata memandang dunia begitu luas
Di sana masih sangat jelas ruang-ruang masa depan
Jelajah waktu dan tempat
Adalah kehidupan yang nyata
Lebih nyata dari seribu narasi yang diceritakan
Karena yang ada terus mencipta dari ruang dan waktu berbeda
Surabaya, 10 Juli 2013
-----------
Masduri, penggagas Laskar Ambisius (LA) IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir di Jadung, Dungkek, Sumenep, Madura. Tulisannya tersebar di berbagai media lokal dan nasional. Puisinya Kalau Mereka terpilih sebagai juara I dalam lomba cipta puisi yang diadakan oleh Anjangsana Komunitas Srambi Sastra (AKSS) Ciputat (2012). Menulis antologi puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan (2010), Dialog Tanean Lanjeng (2012), dan Presiden untuk Presidenku (2012).
Lampung Post, Minggu, 15 September 2013
Sejarah mencatat gerak waktu
Catatan pinggir kelahiran kata-kata
Wujud dari gerak diri yang mengabadi
Sebuah andai setiap napas
Kejadian yang digarap setiap pemenang
Surabaya, 24 Juli 2013
Catatan Malam
Aku menulismu dalam catatan terang
Meski gelap sejak sore tadi menyelimuti diri
Bersetubuh dengan narasi panjang impian
Aku bukanlah pendusta yang berkeliaran tanpa pikiran
Banyak hal yang ingin digarap sepanjang halaman
Namun kantuk sesekali menggelapkan asa
Tak kuasa tubuh tunduk pada bantal-bantal keterasingan
Dari yang nyata menjadi maya
Aku menulis catatan sebagai gambaran keinginan
Yang terus beranjak dari otak ke hati
Badan terasa kurus kerontang menahan keras suara kelopak mata
Sakit kepala menyertai langkah napas
Mengajakku berteduh meski sejenak terlelap
Mungkin dengan begitu esok kembali bergairah
Menggerakkan segenap asa langit impian
Sebab terlanjur besar keinginan
Aku tetaplah aku
Sampaikan kapan pun berlari
Menuju keagungan impian
Membangun asa
Sebuah Menara Kehidupan
Surabaya, 14 Juli 2013
Nestapa Seorang Pengelana
Sejak berangkat berjalan
Tatih harta meninggalkan sunyi
Sebab kami tak punya kelebihan materi
Makan pun sesekali mengutang
Meski tantangan terasa berat
Tapi apalah daya ketiadaan memaksa derita
Kami belajar berharap pada negara
Barangkali mampu menegakkan keadilan
Mengurangi beban hidup lewat pendidikan
Segenap usaha dan kekuatan terus kami bangun
Agar terpilih sebagai juara kemenangan
Nasib baik pun memihak
Mematahkan langit yang tinggi
Hingga layar diri bermuara di Surabaya
Tetapi sayang kini kami banyak dipermainkan
Basa-basi mulut serigala memaksa duka lara
Sejak berbulan lalu dusta terlalu banyak
Hingga kami merasa muak
Sementara mereka selalu berkata tentang sabar
Seperti bahasa langit tanpa salah
Mereka tak pernah mengerti yang terluka
Nasib derita pengelana kampung kelahiran
Bertaruh nasib di Surabaya
Menenun asa ketinggian derajat
Sembari berharap ada baik di depan mata
Lalu sampai kapan kami harus menunggu?
Jika kata dusta dan jarak menggorok jurang
Surabaya, 25 Juli 2013
Keringat Siang
Pagi belum bisa kutaklukkan
Sebab terbitnya terlanjur dini bagi mata
Nostalgia malam yang terjaga dalam harap
Meski letih bergemuruh
Kubayar tugas keseharian siang hari
Peta jalan ikatan baju-baju dan kaus
Menanam kembali harum esok lalu
Gerak tubuh yang membau
Keringat mengucur dalam panas
Siang benar-benar beringas
Menyantap kulit perih
Kugulung setiap tatapan tangan
Kulahap setiap ingatan kata
Lalu mematri diri dalam ikhlas
Untuk terus menikmati jalan waktu
Semberi tersenyum dengan semangat kemenangan
Surabaya, 19 Juli 2013
Narasi Ramadan
Ramadan lalu sepertinya baru kemarin
Tetapi kini Ramadan datang kembali
Satu tahun terbentang catatan sejarah
Narasi pertemuan Ramadan ke Ramadan
Aku seperti tertunduk malu
Menatap lekat-lekat wajah langit
Kesaksian impian yang selalu kujamah setiap hari
Tetapi kini setahun berlalu
Banyak dusta dibangun di atas api
Membakar segenap imaji dalam diri
Meski begitu waktu tetaplah waktu
Jalan sejarah yang menandai kehidupan
Masih banyak jalan sejarah yang mesti dipetakan
Jalan panjang kehidupan dari narasi kampung kelahiran
Aku masih terus akan berdiri tegak
Menatap langit dengan sejuta bintang, awan, dan matahari
Di sana masih sangat jelas atap-atap masa depan
Meski begitu tempat tetaplah tempat
Kesaksian jalan hidup yang dijumpai
Masih banyak tempat sejarah yang mesti singgahi
Seluas mata memadang dalam lautan lepas
Ada banyak cerita yang mesti terus dibangun
Sebab mata memandang dunia begitu luas
Di sana masih sangat jelas ruang-ruang masa depan
Jelajah waktu dan tempat
Adalah kehidupan yang nyata
Lebih nyata dari seribu narasi yang diceritakan
Karena yang ada terus mencipta dari ruang dan waktu berbeda
Surabaya, 10 Juli 2013
-----------
Masduri, penggagas Laskar Ambisius (LA) IAIN Sunan Ampel Surabaya. Lahir di Jadung, Dungkek, Sumenep, Madura. Tulisannya tersebar di berbagai media lokal dan nasional. Puisinya Kalau Mereka terpilih sebagai juara I dalam lomba cipta puisi yang diadakan oleh Anjangsana Komunitas Srambi Sastra (AKSS) Ciputat (2012). Menulis antologi puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan (2010), Dialog Tanean Lanjeng (2012), dan Presiden untuk Presidenku (2012).
Lampung Post, Minggu, 15 September 2013
No comments:
Post a Comment