Ladang yang Hilang
pandang ladang tepi kandang halaman belakang rumah tetangga
hanya bayang tomat tergantung dengan ranting melengkung
pada tanah yang tesenyum subur.
hari ini sudah ribut, kendaraan lalu lalang menggetarkan kenangan
para pejalan subuh yang tak sabar ingin melihat tanaman
kadang kami saling sapa atau sekedar bertanya ingin ke mana
tapi ladang sudah megah, udara begitu kotor, orang-orang bertanya
tentang saudaranya yang tiba-tiba amnesia.
dengan suara yang berbeda, tak saling mengenal dan tak dikenal
ladang pergi tak jelas siapa yang memiliki
orang-orang lalu lalang ingin menuju masa depan;
yang entah kelam atau cemerlang
sementara aku masih tergetar oleh ingatan
perihal batang padi yang merunduk sunyi
2014
Lembap Bacaan
aku buka buku lembap
lembar-lembarnya menyimpan aksara hujan
sementara paragraf awal melayang bimbang
kalimatnya tercium seperti aroma udara
pada desa yang telah aku lupakan namanya;
sebuah pemukiman yang dipenuhi pecah gerabah
di tanah lapang-selapang dada yang sabar
ingatan yang tumbuh seperti kuku
memanjang dan semakin tajam
setelah sebuah bacaan melabuhkan tubuh;
sedingin lembar buku berkutu, semanis kuku berpacar ungu.
2014
Peristiwa Pagi
sebuah mimpi teringat di penghujung mandi
tentang seorang tukang kayu yang ingin menyelesaikan
sebuah meja makan di siang hari yang lapar
ia menyalak kencang, menggigil ke arah kekalahan
sementara anak-anaknya hanya bekerja membersihkan jendela kamar
mereka hafal dari mana angin datang dan ke mana dingin pulang
apakah ke kampung asal atau ke rumah pelarian
mimpi itu ramah semisal tuan rumah
mempersilakan tamunya duduk di tempat terbuka
seperti halaman rumah sebuah desa
ada tetangga lewat dengan segan
mengucapkan sebait kalimat gemetar
bersama gelagat tubuh yang malu-malu berlalu
seperti sisa mimpi yang teringat di penghujung mandi
dan kebimbangan pada handuk bergambar penginang
2014
Puisi di Atas Meja Kerja
semut, tikus, kecoa, cicak, nyamuk, lalat
dalam kamar yang sesak oleh bait-bait
kemuraman seorang di atas meja kerja
di sana, setiap benda adalah penyesalan
dan ingatan yang mudah terlupakan
tikuslah yang mengisyaratkan bahwa waktu telah malam
sementara nyamuk berkeliaran tenang
cicak semisal air terjun menyegarkan pandangan
saat dingin huruf dalam buku membekukan tubuhku
kecoa meloncat setelah melihat gelap menyusup lembut
pandangannya mengarah ke sebuah lemari
isinya berjejal kalimat yang menjelaskan puisi
sementara lalat mengabarkan sejauh waktu
tubuh ini belum dibasahi air
ia tak tahu puisi telah mengalirkan air matanya ke lekuk tubuh
seorang pria dengan dada yang berdansa di atas meja kerja
2014
--------------------------
Mohamad Baihaqi Alkawy, lahir di Toro Penujak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, 9 Mei 1991. Masih studi di Fakultas Tarbiah IAIN Mataram. Bergiat di Komunitas Nafas dan berproses di Komunitas Akarpohon, Mataram. Bukunya berjudul Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca (2014).
Lampung Post, Minggu, 7 September 2014
pandang ladang tepi kandang halaman belakang rumah tetangga
hanya bayang tomat tergantung dengan ranting melengkung
pada tanah yang tesenyum subur.
hari ini sudah ribut, kendaraan lalu lalang menggetarkan kenangan
para pejalan subuh yang tak sabar ingin melihat tanaman
kadang kami saling sapa atau sekedar bertanya ingin ke mana
tapi ladang sudah megah, udara begitu kotor, orang-orang bertanya
tentang saudaranya yang tiba-tiba amnesia.
dengan suara yang berbeda, tak saling mengenal dan tak dikenal
ladang pergi tak jelas siapa yang memiliki
orang-orang lalu lalang ingin menuju masa depan;
yang entah kelam atau cemerlang
sementara aku masih tergetar oleh ingatan
perihal batang padi yang merunduk sunyi
2014
Lembap Bacaan
aku buka buku lembap
lembar-lembarnya menyimpan aksara hujan
sementara paragraf awal melayang bimbang
kalimatnya tercium seperti aroma udara
pada desa yang telah aku lupakan namanya;
sebuah pemukiman yang dipenuhi pecah gerabah
di tanah lapang-selapang dada yang sabar
ingatan yang tumbuh seperti kuku
memanjang dan semakin tajam
setelah sebuah bacaan melabuhkan tubuh;
sedingin lembar buku berkutu, semanis kuku berpacar ungu.
2014
Peristiwa Pagi
sebuah mimpi teringat di penghujung mandi
tentang seorang tukang kayu yang ingin menyelesaikan
sebuah meja makan di siang hari yang lapar
ia menyalak kencang, menggigil ke arah kekalahan
sementara anak-anaknya hanya bekerja membersihkan jendela kamar
mereka hafal dari mana angin datang dan ke mana dingin pulang
apakah ke kampung asal atau ke rumah pelarian
mimpi itu ramah semisal tuan rumah
mempersilakan tamunya duduk di tempat terbuka
seperti halaman rumah sebuah desa
ada tetangga lewat dengan segan
mengucapkan sebait kalimat gemetar
bersama gelagat tubuh yang malu-malu berlalu
seperti sisa mimpi yang teringat di penghujung mandi
dan kebimbangan pada handuk bergambar penginang
2014
Puisi di Atas Meja Kerja
semut, tikus, kecoa, cicak, nyamuk, lalat
dalam kamar yang sesak oleh bait-bait
kemuraman seorang di atas meja kerja
di sana, setiap benda adalah penyesalan
dan ingatan yang mudah terlupakan
tikuslah yang mengisyaratkan bahwa waktu telah malam
sementara nyamuk berkeliaran tenang
cicak semisal air terjun menyegarkan pandangan
saat dingin huruf dalam buku membekukan tubuhku
kecoa meloncat setelah melihat gelap menyusup lembut
pandangannya mengarah ke sebuah lemari
isinya berjejal kalimat yang menjelaskan puisi
sementara lalat mengabarkan sejauh waktu
tubuh ini belum dibasahi air
ia tak tahu puisi telah mengalirkan air matanya ke lekuk tubuh
seorang pria dengan dada yang berdansa di atas meja kerja
2014
--------------------------
Mohamad Baihaqi Alkawy, lahir di Toro Penujak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, 9 Mei 1991. Masih studi di Fakultas Tarbiah IAIN Mataram. Bergiat di Komunitas Nafas dan berproses di Komunitas Akarpohon, Mataram. Bukunya berjudul Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca (2014).
Lampung Post, Minggu, 7 September 2014
No comments:
Post a Comment