Sisa di Halaman Pembantaian
Sesaat malam memejamkan tapuk
tak sadar waktu terus berkayuh
pergi bersama kenangan lapuk
dalam sepi udara yang tertabuh.
Bukankah getar kekosongan adalah suara?
Tungkai tak lagi ada untuk dilipat
lengan tak lagi ada untuk mengatung
dan aku menatap bekas sayat, tanda
sepenuh kota itu pernah terantai khianat.
Bukankah gerak ketunaan pun punya harga?
Halaman Phnom Penh,
serakan tulang adalah stasi,
juga bukti.
Maret 2013
Tertembak Malam
Malam biasanya menjadi teman
kini menggumpal dalam selongsong
peluru Charlos Hathcock di ladang perburuan.
Aku mengincarnya dengan teropong
senjataku, namun aku yang dibunuhnya.
Malam berkhianat.
Oktober 2013
Musim bagi Trengguli
Di rumah lain aku bisa menemuimu,
kenari kecil yang penuh rinai.
Trengguli sudah sampai di musim bertabur
mencipta harum sebagai beranda
di sana, kita bercengkerama.
November 2013
Saat Tepat
Waktunya mencangkul, Sayang,
hujan sepanjang petang,
jamur di pokok tiang,
dan bungur sudah berkembang.
Ungu kelopak mataku,
biji-biji di saku,
menunggu.
November 2013
Dewi Gandari
Di akhir perbincangan, murai batu tak lagi bersuara
kau mengubah kata menjadi Dewi Gandari, tawanan
abadi jiwa yang luka.
Dengan tangan sendiri, kata-kata membelah dunia
dan menangkupkannya sebagai penutup mata
membekukan kelopak terpejam.
Tak lagi berarti, bahkan andai ada seribu mentari
atau keindahan cahaya dari ekor serangga suci
karena lenteramu telah mati.
Januari 2014
Kamar tanpa Suara
Penafsir mimpi mengambil jeda
di antara malam sepasang lipas.
Diambilnya seluruh kapuk berperi
dilepas dalam tampuk-tampuk mimpi.
Dan di ujung nada paduan ngengat
dia pergi lupa mematikan ingatan.
Meninggalkan kamar tanpa suara
meringkas malam di kantung mata.
Januari 2014
Pesan Angin Laut pada Pagi
Takdirku
adalah pantai siang hari,
mengantarkan nelayan
pulang ke bilik istrinya.
Tapi kau,
pagi, kekasihku abadi
tempat kuhamparkan
pasang sepenuh daya.
Januari 2014
--------------
Yuli Nugrahani, cerpenis, lahir tahun 1974, tinggal di Hajimena, aktif dalam bidang justice and peace, mulai memublikasikan puisi tahun 2013. Cerpennya selain dimuat di beberapa media, juga masuk antologi DKL: Kawin Massal (2011) dan Hilang Silsilah (2013).
Lampung Post, Minggu, 2 Maret 2014
Sesaat malam memejamkan tapuk
tak sadar waktu terus berkayuh
pergi bersama kenangan lapuk
dalam sepi udara yang tertabuh.
Bukankah getar kekosongan adalah suara?
Tungkai tak lagi ada untuk dilipat
lengan tak lagi ada untuk mengatung
dan aku menatap bekas sayat, tanda
sepenuh kota itu pernah terantai khianat.
Bukankah gerak ketunaan pun punya harga?
Halaman Phnom Penh,
serakan tulang adalah stasi,
juga bukti.
Maret 2013
Tertembak Malam
Malam biasanya menjadi teman
kini menggumpal dalam selongsong
peluru Charlos Hathcock di ladang perburuan.
Aku mengincarnya dengan teropong
senjataku, namun aku yang dibunuhnya.
Malam berkhianat.
Oktober 2013
Musim bagi Trengguli
Di rumah lain aku bisa menemuimu,
kenari kecil yang penuh rinai.
Trengguli sudah sampai di musim bertabur
mencipta harum sebagai beranda
di sana, kita bercengkerama.
November 2013
Saat Tepat
Waktunya mencangkul, Sayang,
hujan sepanjang petang,
jamur di pokok tiang,
dan bungur sudah berkembang.
Ungu kelopak mataku,
biji-biji di saku,
menunggu.
November 2013
Dewi Gandari
Di akhir perbincangan, murai batu tak lagi bersuara
kau mengubah kata menjadi Dewi Gandari, tawanan
abadi jiwa yang luka.
Dengan tangan sendiri, kata-kata membelah dunia
dan menangkupkannya sebagai penutup mata
membekukan kelopak terpejam.
Tak lagi berarti, bahkan andai ada seribu mentari
atau keindahan cahaya dari ekor serangga suci
karena lenteramu telah mati.
Januari 2014
Kamar tanpa Suara
Penafsir mimpi mengambil jeda
di antara malam sepasang lipas.
Diambilnya seluruh kapuk berperi
dilepas dalam tampuk-tampuk mimpi.
Dan di ujung nada paduan ngengat
dia pergi lupa mematikan ingatan.
Meninggalkan kamar tanpa suara
meringkas malam di kantung mata.
Januari 2014
Pesan Angin Laut pada Pagi
Takdirku
adalah pantai siang hari,
mengantarkan nelayan
pulang ke bilik istrinya.
Tapi kau,
pagi, kekasihku abadi
tempat kuhamparkan
pasang sepenuh daya.
Januari 2014
--------------
Yuli Nugrahani, cerpenis, lahir tahun 1974, tinggal di Hajimena, aktif dalam bidang justice and peace, mulai memublikasikan puisi tahun 2013. Cerpennya selain dimuat di beberapa media, juga masuk antologi DKL: Kawin Massal (2011) dan Hilang Silsilah (2013).
Lampung Post, Minggu, 2 Maret 2014
Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
ReplyDeleteSistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
Link Alternatif :
arena-domino.club
arena-domino.vip
100% Memuaskan ^-^