Sunday, October 6, 2013

Sajak-sajak Restoe Prawironegoro Ibrahim

Tentang Wanita, Surga Siang dan Malam

Jangan katakan wanita
sekadar bunga
sebuah taman ia
yang berubah surga
saat dikunjungi:
siang dan malam

di atas taman ada langit
keterbukaan
menelan letih deritamu

di tengah taman ada sungai
: menderaskan arus gairahmu
saat bercakap melunasi
utang sepi panjangmu,

Jangan katakan wanita
sekadar bumi
sebuah semesta ia
yang berubah surga
saat disentuh
lewat tangan dan batinmu
Di luar semesta ada
zikir panjang dan menyatu
dengan tarikan napas
dan penciptaan
yang belum selesai
: ciptakan juga ketenteramanmu
dengan penyatuan
   
Di tengah semesta ada
gerak, melibat-libat
kehendak mengaduk-aduk
harapan dan kecemasan
dan meliuk-liukkan
waktumu.

Jangan katakan wanita
sekadar sepi
sebuah matahari ia
yang berubah surga
saat dipuji
lewat senyuman
sehabis tugasnya usai.

Di sekeliling matahari
banyak matahari
memanaskan ruang
agar segalanya
mampu hidup dan tumbuh
bersama kehadiranmu

Jangan katakan wanita
sekadar daging
sebuah roh suci
yang mengajakmu mengembara
ke seluruh surganya surga
ketika kau aku haknya.

Jakarta, Saung – Sastra Kalimalang Bekasi, 15 Agustus 2013



Tentang Kita

Kita telah akrab bersahaja
menekuri hari-hari impian
yang datang dan pergi jauh.
Kita sudah tak lagi punya kecewa
karena kita telah lepas dari bahagia.

Kita tidak lagi punya harap
sebab selalu datang yang hampa.
Kita tidak lagi punya tempat
di mana semua ruang telah padat.
Kita tidak lagi punya cinta
karena cinta telah merata.
Kita besok akan pergi tinggalkan waktu
mencari damai yang hilang.
Kita besok akan tinggalkan rasa
untuk berlari mencari rasa.
Tapi jangan lagi kita bertanya-tanya
tentang arti dan warna-warna rupa
namun kita telah lebur ke dalamnya

Kepada roh-roh yang bicara
berilah makan kami sepotong roti
buat konsumsi di hari jadi kami.
Dan satukan kami
dalam napas-napas yang lepas

Jakarta, Saung – Sastra Kalimalang Bekasi, 15 Agustus 2013



Tentang Dosa itu

Kita adalah tikus di pagi hari
Dosa itu kita sendiri
dosa itu…
dua biji mata
yang digantung
di setiap persimpangan jalan
di gedung-gedung bioskop
di sekeliling alun-alun
Kita adalah tikus di pagi hari
Dosa itu kita sendiri
dosa itu…
dua biji mata
tempat untuk menggambar rok mini
celana mini
bibir mini
alis mini
rambut mini
bulu ketiak mini
pinggul mini
kaos oblong mini
betis mini

Kita adalah tikus di pagi hari
Dosa itu kita sendiri
dosa itu buatan kita sendiri
yang dicetak di pagi hari
sebelum makan
sebelum tidur
sebelum mencuci gigi

Kita adalah tikus di pagi hari
makan lalat-lalat hinggap
tidak peduli senandung Mesjid
tidak peduli tembang-tembang sufi
terus ………….
makan lalat-lalat hinggap

Kita adalah tikus
Bukan “manusia”
Kita adalah tikus di pagi hari
yang tak mau mencuci mata
dengan  air wudhu’
dengan lembaran-lembaran Tuhan
dengan syair-syair Jibril
dengan Surat Yassin
dengan Surat As-Sajadah
dengan Surat Al-Waqi’ah
dengan surat panggilan laut
untuk berlayar menuju Ka’bah
panggilan langit
untuk terbang menuju Allah
panggilan semut
untuk masuk ke lubang kubur.

Kita adalah tikus di pagi hari
Dosa itu kita sendiri
dosa itu…….
dua biji mata
milik kita sendiri
seperti mata tikus di pagi hari
yang tak mau melihat fajar
yang terang
yang menulis Surat Yassin
                         Surat As-Sajadah
                       Surat Al-Waqi’ah
Kita adalah tikus di pagi hari
Dosa itu kita sendiri
dosa itu……….
dua biji mata
tempat tikus menggambar rok mini
celana mini
bibir mini
alis mini
rambut mini
bulu ketiak mini
pinggul mini
kaos oblong mini
betis mini

Kita adalah tikus di pagi hari
Dosa itu kita sendiri
buatan kita sendiri
milik kita sendiri

Jakarta, Saung – Sastra Kalimalang Bekasi, 15 Agustus 2013


------------
Restoe Prawironegoro Ibrahim, penyair yang lahir dari Surabaya kini aktif di SK-Bekasi. Karya-karyanya cerpen, esai, dan lainnya menghiasi media lokal dan nasional.

    
Lampung Post, Minggu, 6 Oktober 2013

No comments:

Post a Comment