Sunday, October 13, 2013

Sajak-sajak Mohamad Baihaqi Alkawy

Surat Lalat
tubuhku jengat, mengisap sari-sari segala yang busuk
semisal bangkai ucapanmu

kibaskan tanganmu, maka aku akan terbang ke arah
tak dikenal. sebab aku paling lihai berkelit atas setiap jebakan
maupun umpatan yang sejatinya telah tercium dari jauh.

apakah kau murka bilamana ujung lidahku menggerayangi
kesibukanmu menjalankan rencana.
sebab kesibukanmu adalah kebusukan bagiku.

tunggulah sayapku akan terpanggil oleh angin ke arah
segala yang lamat-lamat. 

tapi kau terlampau tak percaya bahwa keruh tubuh yang selalu
tumbuh melepuh adalah muasal dari yang terasa. tak nyata.

begitu pula halnya tubuh yang legam ini memintamu sejenak
kembali pada diri.

2013



Ahad
hari ini bukan suasana jumat, melainkan ahad
sebab tak ada aroma tuhan merasuk ke ujung hidung
hanya saja terpatri si buah hati menari di ujung jari.

di pancuran, sepagi ini rambutmu basah-merekah
menenangkan desir air jatuh di wadah berukuran dua kulah
yang hanya membasahi tubuhmu saja. tubuh tenang hari ahad
menutup sederet nama tuhan di gelombang dada yang gemetar
menyebut si buah hati berulang-ulang, melebihi getar alunan
nama Tuhan di setiap hari-hariku sayang.

air biru telah membasuh hijau matamu di depanku
gemericik aliran air seperti zikir para pertapa menunggu
wangsit dari langit.

hari ini, sekali lagi bukanlah jumat, melainkan ahad.
dan segalanya tumpah bersama namamu yang
kudaras setelah salat.

2013



Pendaki


sematkanlah sifat binatang jika kau menemukanku telentang
membayangkan keinginan di puncak keresahan, tersulam oleh
beberapa lembar kabar bahwa kita telah mengkhatam abjad
bintang dan segala yang kita temukan di antara butir perasangka
kacang ketika ia memendam biji dalam cangkang.

atau bilamana kau menemukanku memangu ke arah masa lalu
ke setiap simpang yang semakin merenggang tak sepurwarupa
namun apatah aku ini jika kesekian kalinya kau temukanku patah
dan latah menimbang bimbang yang terlampau datang,
barangkali hanya sekedar lewat untuk meyakinkan keinginan
yang tak berketetapan dan melekat kiamat. jadi pernak
berhias diri supaya tampil percaya diri.

sematkanlah aku sifat binatang bilamana kau menemukanku pergi,
tapi bukan sebagai pendaki lagi.

2013 



-------------
Mohamad Baihaqi Alkawy, lahir di Toro Penujak, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, 9 Mei 1991. Menulis puisi dan artikel di berbagai media dan antologi bersama. Bukunya, Tuan Guru Menulis, Masyarakat Membaca (dalam proses terbit).


Lampung Post, Minggu, 13 Oktober 2013


No comments:

Post a Comment