Sunday, May 5, 2013

Sajak-sajak Muhammad Harya Ramdhoni

Kapal Terakhir


kautahu,
di setiap pantai selalu ada kapal
yang datang dan pergi.
ia punguti apa saja untuk
dihantar ke seberang samudera.
ikan, udang, sotong, bebuahan
hingga perkakas dapur dan rumah.
juga ia unggah setiap kesempatan
yang singgah bersama citacita.
berbaur bersama gemuruh air laut
di selasela batu karang.
rasa asin bangkitkan ingatan pada derita.
gemuruh air laut bangkitkan ingatan pada
impian yang setia dicabar.
“kita adalah petualang”, katamu di saat
mendung hitam hampiri langit
bangi di sempadan kajang.
saat itu kaupinta dua cawan
kopi berkepul.
secawan untukmu.
secawan untuk diriku.
“aku terbiasa nyeruput kopi
bila hujan tibatiba tandang
sebagai pemancing ilham
yang berkesiut secepat puyuh.”
dan hujan pun betulbetul
gugur dari langit.
seolah ucapmu adalah
sabda seorang rani.
pertamakali mengenalmu kufikir
engkau maharani itu sendiri.
seperti tribuana tunggadewi,
sang pemangku wilwatikta,
kaubicara dalam ayatayat berwarna.
seperti sekeghumong, pemanggul
kedaulatan negeri sekala,
kaubicara tentang maruah
perempuan di dunia merdeka.
siapakah engkau sebenarnya?
dirimukah bidadari tersasar
di atas dunia?
sayangnya, diriku tak berminat
mencuri selendangmu.
seperti jaka tarub dalam
legenda lama bangsa jawa.
kuhanya ingin sandera hatimu.
hingga kau kekal sebagai
kapal terakhir di dermaga cintaku.
di sana, kita unggah setiap
cita dan harap sambil
sesekali memandang luas samudera.
ikhtiar menghisap sebanyakbanyak
ilham dari setiap sisi dunia beradab.

UKM Bangi, 7 April 2013



Perempuan Utama
telah berulangkali kukatakan padamu.
jangan kau coba lari dariku.
sebab kutahu tubuh dan
jiwamu masih setengah matang
.

#1
menarilah, perempuan utama.
menarilah.
jingkatkan kaki indahmu
pada setiap depa tanah
kering di bumi melayu.
gemulai sepasang tangan
bagai silat terindah
para punggawa
istana malaka.
begitu memukau. begitu mematikan.
bagai racun berbisa,
tersembunyi di dalam setiap
lekuk keris pusaka taming sari.

#2
melompatlah lebih tinggi,
perempuan utama.
melompatlah.
ada cita yang mesti kaugapai
dengan melompat.
bukan dengan merendah
atau menghiba.
sebab jiwamu terlalu
teguh tuk sekedar
berkata kalah.

#3
bernyanyilah, perempuan utama.
bernyanyilah.
senandungmu ialah seumpama
syair bagi mereka yang
menolak ingkar
pada setiap janji
yang telah terucap.
bernyanyilah, perempuan utama.
bernyanyilah.
senandungmu kabarkan seteru
kebaikan dan kejahatan.
satu riwayat yang sadarkan
engkau dan aku bahwa kita
masih hidup di dunia.

#4
bersyairlah engkau, perempuan utama.
bersyairlah. 
gubahlah sebuah rima menjadi narasi.
sebagai wujud syukur pada nikmat
tuhan yang terberi.
bersyairlah engkau, perempuan utama.
bersyairlah. 
kabarkan setiap kitab yang
kau baca ke seluruh penjuru bumi.
satu jalan yang mesti kautempuh
agar namamu tetap abadi.

#5
menarilah bersamaku, perempuan utama.
menarilah.
biarkan dayangdayang sirami kita
dengan hujan kelopak melur.
dan seribu malaikat amienkan
harap yang tersembunyi
di relung jiwa.
menarilah bersamaku, perempuan utama.
menarilah.
biarkan tarian ini membuat dirimu dan
diriku matang lagi sempurna.
biarkan dirimu mewujud
bidadari bermata jingga.
dan kaudapati diriku kekal
dalam setia yang sama.
menarilah bersamaku, perempuan utama.
menarilah.
kini diriku sungguh tak
sanggup lari dari pikatmu…

Sungai Tangkas, 6 April 2013


-----------
Muhammad Harya Ramdhoni, menulis novel sejarah Perempuan Penunggang Harimau (2011) dan kumpulan cerpen Kitab Hikayat Orang-orang yang Berjalan di Atas Air (2012). Ia kini tinggal di Bangi, Malaysia sambil ujian disertasi PhD Ilmu Politik di Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM).



Lampung Post, Minggu, 5 Mei 2013

No comments:

Post a Comment