Gergaji
mata lengkung perut gunung
sayat kemaluan hingga apung
punggung pipih lidah nyermimih
lahap keberanian berderap lirih
dari rangka ini
kalian mafhum sudi
mana harga diri
mana waktu akut
menjaring selusin maut
Yogyakarta, 2013
Piring
tidak selamanya gebok nikmat
menyumpal lambung paling rentan
takkan selalu garam, cabai, tomat
menggiring riuh gaduh meja makan
sesekali perlu kami iris-iris usus kalian
ujung jantung kami luluhlantakkan
santet negeri seberang
sihir bebuyut para danyang
siap melesat penuh garang
Yogyakarta, 2013
Garpu
ke arah liat betis kami
lapar mereka tekun mengintai
pada ulet jari-jari kami
menggantung ribu payung mimpi
padahal di sekeranjang malam
di segantang remang
akan kami saji-hidangkan
duri lembut pagut kelezatan
ke relung paling tenggorokan
jika nyawa tertelan regang
oh, maafkan, maafkan
kami hanyalah mambang
terusir dari lembah keinsafan
Yogyakarta, 2013
Gelas
silakan rendam dengan air
kaki hingga leherku
yang hidmat kikir
moga racun kerontang menyusut
terurai lambung cacing perut
supaya subur senantiasa tumbuh
berkecambah di liang tubuh
tapi, butuhlah waspada
pada gerhana berbiji celaka
cuil kaca bersigap melumat
tiap mulut yang menganga
Yogyakarta, 2013
---------
Riza Multazam Luthfy, sastrawan, cerpennya tergabung dalam antologi Negeri Sejuta Fantasi (2012). Ia adalah ahlul ma’had Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Sedang melanjutkan studi di program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Lampung Post, Minggu, 18 Agustus 2013
mata lengkung perut gunung
sayat kemaluan hingga apung
punggung pipih lidah nyermimih
lahap keberanian berderap lirih
dari rangka ini
kalian mafhum sudi
mana harga diri
mana waktu akut
menjaring selusin maut
Yogyakarta, 2013
Piring
tidak selamanya gebok nikmat
menyumpal lambung paling rentan
takkan selalu garam, cabai, tomat
menggiring riuh gaduh meja makan
sesekali perlu kami iris-iris usus kalian
ujung jantung kami luluhlantakkan
santet negeri seberang
sihir bebuyut para danyang
siap melesat penuh garang
Yogyakarta, 2013
Garpu
ke arah liat betis kami
lapar mereka tekun mengintai
pada ulet jari-jari kami
menggantung ribu payung mimpi
padahal di sekeranjang malam
di segantang remang
akan kami saji-hidangkan
duri lembut pagut kelezatan
ke relung paling tenggorokan
jika nyawa tertelan regang
oh, maafkan, maafkan
kami hanyalah mambang
terusir dari lembah keinsafan
Yogyakarta, 2013
Gelas
silakan rendam dengan air
kaki hingga leherku
yang hidmat kikir
moga racun kerontang menyusut
terurai lambung cacing perut
supaya subur senantiasa tumbuh
berkecambah di liang tubuh
tapi, butuhlah waspada
pada gerhana berbiji celaka
cuil kaca bersigap melumat
tiap mulut yang menganga
Yogyakarta, 2013
---------
Riza Multazam Luthfy, sastrawan, cerpennya tergabung dalam antologi Negeri Sejuta Fantasi (2012). Ia adalah ahlul ma’had Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Sedang melanjutkan studi di program Magister Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Lampung Post, Minggu, 18 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment